"Jadi gembel aja lo, Luna!"
"Gue muak sama lo!"
"Pembohong, penipu!"
Luna yang baru turun dari ojol terkejut melihat bajunya dan beberapa barangnya berserakan di depan rumah beserta kopernya yang terbuka berisi foto-foto hasil pemotretan.
"Vella lo apa-apaan, sih?!" Luna memungut beberapa bajunya dan memasukkannya ke dalam koper.
"Lo berani boongin gue. Lo mau jadi saingan gue?!"
"Vell, gak gitu!" sanggah Luna.
"Lo iri sama gue, hah?!"
Luna tercengang dan bangkit, untuk apa ia iri dengan Vella?
"Vell, gue sama sekali gak iri sama lo! Gue kerja jadi model buat sementara waktu."
Plak!
"Munafik lo!" Luna memegang pipi kirinya yang terasa perih.
"Apa sebenci itu lo sama gue?"
"Jelas gue benci sama lo, seharusnya hal yang mudah gue dapetin sekarang jadi sulit semenjak kehadiran lo. Lo sadar gak, sih? Pertama, orangtua yang biasanya selalu ada di sekitar gue bahkan sekarang lebih milih tinggal di luar negri, kedua, orang yang gue suka malah deket sama lo, dan ketiga, pekerjaan yang gue sukain jadi beban gue karena saingannya itu lo, Luna."
"G-gue minta maaf, Vell." Luna menggenggam tangan Vella namun langsung ditepis olehnya. Luna bukan bermaksud seperti ini terhadap Vella, Luna juga tidak tahu kalau akhirnya bakal seperti ini.
"Sekarang lo bisa pergi sebelum orangtua gue sama Gema dateng." Vella yang sudah masuk rumah berbalik badan kembali melihat Luna.
Brak!
Pintu rumah tertutup. Vella sudah masuk. Luna juga sudah memesan taksi online sembari menunggu ia membereskan baju beserta barangnya.
Beberapa saat taksi itu datang menjemputnya, Luna menarik kopernya kembali menatap rumah tersebut sesaat sebelum masuk ke dalam taksi.
Ada perasaan tidak rela, berat sekali meninggalkan rumah tersebut. Rumah peninggalan ayahnya yang diberikan pada ayah Vella sejak Luna masih kecil. Luna dan ayahnya pernah menempati rumah ini beberapa kali karena dulu ayahnya sering pergi keluar negri menjalankan bisnis sampai akhirnya bertemu ibu tirinya dan menikah.
"Jalan, pak!"
Taksi Luna sudah pergi, mobil Vella yang dipakai Gema menjemput orangtuanya datang.
"Maaf ya, Nak Gema, ngerepotin sampe jemput tante di bandara."
"Nggak apa-apa, tan."
Gema kembali memasang senyum terpaksa di depan Sinta-ibu Vella. Sepanjang jalan Sinta tidak henti bertanya perihal hubungan Gema dan Vella yang sudah sejauh mana.
Gema terpaksa juga menuruti kemauan Vella karena cewek itu sendiri yang mendatanginya di kafe kenangan meminta untuk menjemput orangtuanya. Namun saat menjemput yang ada hanya Santi saja sebab Ferry-ayahnya sudah mendadak pergi ke kantor mengurus beberapa hal.
"Biar saya aja, tan." Gema membantu mengeluarkan koper Santi. Sementara Santi melenggang masuk ke dalam rumah dan mendapat kejutan dari putrinya Vella.
"Kejutan!!" Vella sudah berdandan cantik pada Sinta yang baru datang memeluknya.
"Mama kangen banget!"
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMA ALASKAR (COMPLETED)
Teen Fiction#1 in teenfiction (09/03/2022) #1 in badboy (09/03/2022) #1 in troublemaker (18/08/2022) #29 in fiksiremaja (28/03/2021) (Jangan lupa follow Author) Masalah bermula dari pertemuan tidak sengaja Gema Alaskar dan Luna Arnetta di sebuah kafe di pusat K...