24| Who are you?

2.3K 167 1
                                    

"Evan udah nunggu lo di depan, tuh. Cepetan makannya."

Luna yang sudah merasa lebih baik itu tidak berkata apa-apa, menyudahkan sarapannya dan menggamit tas untuk segera keluar rumah.

Semenjak kepulangannya dari rumah sakit, Luna menjadi sosok yang pendiam, sementara? Vella yang biasanya cerewet mengomelinya kini perhatian dan bahkan meminta maaf akan kesalahannya. Entah apa maksudnya tapi Luna tidak memperdulikan hal itu. Ada bagusnya Vella berubah menjadi baik. Mungkin dia sadar akan kesalahannya.

"Hai." Luna tersenyum tipis. Evan menyapanya sambil bersandar pada badan mobil.

"Gimana, udah mendingan? Kok gak bilang kalo udah pulang."

"Udah kok, sorry gak bilang."

"Nggak papa, lain kali telpon gue kalo ada apa-apa," ujar Evan.

"Masuk mobil yuk!" Luna terdiam. ketika Evan membukakan pintu mobil. Luna merasa tidak enak jika menaiki mobil Evan lagi, apalagi apa kata teman satu sekolahnya. Pasti mengira dirinya mendekati Evan hanya karena hartanya.

"Lun, kenapa diem?"

"E-eh apa?" Luna gelagapan terkejut dari lamunannya.

"Lo kenapa, ada yang salah sama mobil gue?" tanya Evan lalu ia paham kenapa cewek itu diam saja daritadi. "Oh iya lo pasti mikir mobil gue beda ya gak kaya biasanya?"

"Gue baru ganti mobil, yang satunya lagi di bengkel," perjelas Evan lalu menyuruh cewek itu untuk masuk mobilnya. "Udah jangan ngelamun aja, cepet masuk nanti telat."Luna segera masuk tanpa bicara lagi begitupun Evan.

Jalanan kota bandung pagi ini tidak terlalu macet sehingga tidak membuat kesal para pengguna jalan. Evan menyalakan musik untuk memecahkan keheningan di dalam mobil.

"Mulai sekarang berangkat sama pulang sekolah bareng gue terus ya?"

Luna yang tengah melihati jalan raya menoleh akan penuturan Evan. "Kenapa?"

Evan sesekali menoleh padanya. "Ya gak papa, gue takut lo kenapa-kenapa aja."

Gue punya keinginan kalo hidup gue gak cuma mau jago berantem buat lindungin orang yang gue sayang aja tapi mastiin juga kalo orang yang gue sayang itu gak kenapa-kenapa.

Evan mengingatkannya pada ucapan Gema, cowok yang sangat baik tapi Luna selalu menyakitinya. Ingin menyesal tapi tidak bisa, banyak yang tidak suka kehadirannya di dekat Gema walaupun hanya sebatas teman.

Evan menghentikan mobilnya sampai membuat Luna tersadar dirinya sudah sampai di parkiran sekolah.

"Yuk keluar!" Evan keluar lebih dulu dan membukakan Luna pintu.

Semua orang menatapnya bersama Evan. Menjadi perbicangan gosip sekolah lagi. Apalagi seseorang yang baru saja sampai dan melepaskan helmnya. Hanya menatap tajam pada Luna seakan ingin menerkam.

"Jangan dengerin omongan mereka, lo cukup dengerin omongan gue, ya?" bisik Evan. Luna hanya mengangguk paham.

Banyak yang berceloteh tidak mengenakan tentang Luna, pasalnya kejadian kemarin Gema yang membopongnya sampai di bawa ke rumah sakit. 

"Eh, Lun. Udah sembuh?" tanya Rino saat Luna sampai di kelasnya.

"Udah." Luna tersenyum tipis pada Rino.

"Gue ke kelas ya, kalo gitu." Evan berpamitan kemudian mencium rambut Luna.

Rino yang berada di dekat Luna terbelalak kaget sementara Luna diam saja tidak menanggapi. Untung saja di kelas tidak terlalu ramai dan sibuk dengan urusan masing-masing jadi tidak ada yang lihat.

GEMA ALASKAR (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang