Luna menaiki pembatas balkon, melompat ke dalam kolam renang.
Saat itu ia masih setengah sadar setelah melompat dengan tidak sempurna hingga kepalanya terbentur ujung keramik kolam. Luna merasakan sakit kepala yang luar biasa, darah mengalir begitu saja bercampur air kolam. Lama kelamaan tubuhnya melemah hingga tidak bisa berkutik membiarkan dirinya tenggelam di dalam kolam renang.Siapapun tolong...
Dada Luna naik turun seperti orang kehabisan napas, air matanya terus mengalir deras. Evan langsung menepikan mobilnya, ia panik sampai melepaskan seltbeltnya, melihat keadaan Luna.
"Lun?"
"Luna?"
"Luna?!" Evan melepas seatbelt Luna, menggerakkan kedua pundak cewek itu. Tak lama Luna tersadar. Evan langsung menghela napasnya. Mengusap air mata pipi Luna yang basah.
"Lo gak apa-apa?" Luna bergegas menghapus air matanya. "Kita ke dokter ya," tawar Evan.
"Ng-nggak usah. Gue gak apa-apa."
"Tapi tadi gue liat lo sesak napas trus,"
"Lo gak usah parno deh."
"Gue gak parno, gue takut Lo kenapa-kenapa."
"Gue gak apa-apa. Udah anter gue pulang sekarang."
"Gue khawatir, kita ke dokter dulu ya?" tawar Evan
"Van, gue pengen pulang," putusnya.
"Net?"
"Jangan panggil gue Anet! Gue pengen pulang."
Evan terdiam, padahal Luna sendiri yang meminta dipanggil Anet dulu. Mereka bertemu secara tidak sengaja di taman komplek, namun cewek itu sekarang malah enggan. Ia sama sekali berbeda dengan Anet yang dulu.
Bahkan waktu foto dari dompet Luna jatoh itu foto mereka berdua saja Luna tidak ingat siapa cowok di sampingnya. Yang Luna tau hanya teman kecilnya saja Arkan, seperti yang di tulis dibelakang foto, tidak tahu bagaimana cara mereka bertemu dan berpisah.
"Kalo lo gak mau anter pulang gue turun di sini aja," ancam Luna.
"Jangan, jangan! Gue anter lo pulang, oke." Evan tidak bisa berbuat banyak, dari kemarin-kemarin semenjak kejadian Vella yang jatuh ke kolam Luna jadi sering melamun, bahkan minta pulang.
* * *
Malamnya Evan mampir ke kosan Luna, ia khawatir takut terjadi sesuatu pada cewek itu. Bagaimana juga ia tinggal sendiri, asistennya pun tidak selalu memperhatikan kondisi Luna yang sekarang.
"Lo ke bawah atau gue ke atas nih, nemuin lo?" tanya Evan.
"Gue di rooftop."
"Kosan lo ada rooftop?"
"Adalah, sini." Evan tadinya berencana mengajak Luna ke suatu tempat, tapi cewek itu mengatakan bahwa sedang di rooftop sepertinya tempat yang pas untuk mereka mengobrol.
"Keren juga kosan lo." Evan tidak menyangka, kosan yang terlihat biasa saja memiliki rooftop ternyata.
"Lo kesini mau ngapain?"
"Mastiin lo baik-baik aja."
"Udah liat kan gue baik-baik aja." Evan mengangguk paham. Ia duduk di sebelah Luna.
"Lo gak mau cerita tentang kejadian tadi sore?" Luna tersenyum tipis.
"Cuma mimpi buruk, lo gak perlu khawatir."
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMA ALASKAR (COMPLETED)
Teen Fiction#1 in teenfiction (09/03/2022) #1 in badboy (09/03/2022) #1 in troublemaker (18/08/2022) #29 in fiksiremaja (28/03/2021) (Jangan lupa follow Author) Masalah bermula dari pertemuan tidak sengaja Gema Alaskar dan Luna Arnetta di sebuah kafe di pusat K...