Anet menuruni anak tangga dengan cepat, lagi-lagi ia harus kesiangan karena sulit tidur semalam. Anak cewek itu segera menghampiri Mutia dan Arvi, orangtuanya dan Alin, kembarannya yang sudah berada di meja makan.
"Pah, Mah, maaf. Anet bangun kesiangan lagi."
"Kamu ini! Gara-gara kamu, Alin sama papa kamu telat juga berangkatnya!"
"Mut, cukup, ini masih pagi udah marah-marah, anak kita gak salah. Dia cuma kesiangan bangun," sahut Arvi.
"Mas, dia udah keberapa kalinya bangun kesiangan," ucapnya tidak terima.
"Itu karena kamu gak mau bangunin dia." Arvi menatap anaknya, Alin. "Alin nanti bantuin mama bangunin Anet, ya?"
"Iya, pah."
"Bela aja terus anak kamu yang itu." Mutia membuang muka, sebal dengan sikap Arvi.
"Ayo cepat sarapan, Anet. Nanti kesiangan." Anet mengangguk, duduk di meja makan dan memakan sarapannya. Sesekali melirik ibunya dengan takut-takut.
Usai sarapan Arvi mengantar kedua anak kembarnya ke sekolah sekalian ia berangkat bekerja. Arvi bekerja menjadi seorang Direktur di salah satu perusahaan di Bandung.
"Anet duduk di depan ya sama papa?" pinta Arvi.
"Loh kenapa gak, Alin?" sanggah Mutia.
"Aku biasa duduk di belakang, mah," sahut Alin.
"Jangan suudzon mulu sama anak, dia yang mau duduk di belakang." Arvi tersenyum melihat Mutia yang pasti sudah bergerutu kesal dalam hatinya.
Sepulang sekolah Alin dan Anet yang sama-sama kelas 2 namun berbeda kelas dijemput oleh Tiara. Tumben sekali, biasanya Mutia membiarkan kedua anaknya pulang berjalan kaki karena jarak sekolah dengan rumah lumayan dekat tapi kini malah menjemputnya.
"Loh, mama?" Alin yang kaget melihat ibunya langsung menghampiri bersama Anet.
"Alin, gimana sekolahnya?"
"Baik kok, Alin udah punya temen, temen sebangku namanya Askar."
"Wah cowok, nakal gak?"
"Nggak kok, mah, justru baik banget, cuma pendiem gitu. Jadinya Alin ajak ngobrol. Ternyata dia pinter loh, mah."
"Wah bagus kalo gitu, ayo ah anak mama masuk mobil, udah siang, gak boleh kepanasan nanti item," katanya sembari melirik Anet. Mutia membawa Alin masuk ke dalam mobil.
"Kamu pulang jalan kaki aja, gimana?" Anet yang hendak turut masuk ke dalam mobil dicegah oleh Tiara.
"Mah, tapi Anet laper mau cepet makan."
"Mau makan? Yaudah lari sana ke rumah. Mama sama Alin mau pergi makan di luar." Anet terdiam.
"Masuk aja Anet, kita makan di luar bareng." Alin yang sudah di dalam mobil membuka kaca.
"Alin, mama mau ajak kamu doang. Sekalian ketemu temen mama. Lagipula Anet gak suka ketemu orang banyak, ya kan, Anet?"
"Iya, Alin. Kamu pergi aja, aku bisa pulang sendiri." Anet menarik senyumnya, menahan sakit tangannya yang diam-diam dicubit Mutia dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMA ALASKAR (COMPLETED)
Teen Fiction#1 in teenfiction (09/03/2022) #1 in badboy (09/03/2022) #1 in troublemaker (18/08/2022) #29 in fiksiremaja (28/03/2021) (Jangan lupa follow Author) Masalah bermula dari pertemuan tidak sengaja Gema Alaskar dan Luna Arnetta di sebuah kafe di pusat K...