45| Zona Nyaman

1.9K 123 2
                                    

Malam itu Oma Tisa meminta Luna untuk tinggal di rumahnya karena takut terjadi apa-apa dengan Luna, tapi Luna memutuskan untuk tinggal dikosan yang sama dengan Mia tempati karena sudah berjanji dan tidak enak jika bilang ingin membatalkan tinggal di kosan tersebut.

Oma Tisa juga tidak bisa berbuat apa-apa, namun saat Luna memberhentikan taksi yang lewat, Oma Tisa menyuruh Gema mengikutinya supaya selamat sampai tujuan.

"Mba Luna?" Luna mendongak melihat Mia dari lantai atas kosan turun dari tangga tergesa-gesa.

"Mia gimana?"

"Ada kok kosan yang kosong. Mba Luna kemana aja? Saya nungguin daritadi."

"Maaf ya Mia, kamu jadi nungguin."

"Nggak apa-apa." Mia melirik cowok yang di samping Luna dan tercengir lebar. "Eh ada Mas Alaskar."

"Kosan Luna di atas?"

"Iya."

"Kopernya biar gue yang bawain ke atas." Gema menarik koper Luna membawanya ke lantai atas kosan diikuti Luna dan Mia.

"Yang ini kosannya, Mas Alaskar." Mia membukakan pintu kosan.

"Luas, lo bener gak mau tinggal di rumah gue atau Oma Tisa?"

"Makasih tawarannya, gue gak mau banyak ngerepotin lagi."

Melihat Luna tersenyum, Gema sangat lega kalau Luna sekarang memiliki kebebasan tidak seperti saat tinggal di rumah Vella.

"Gue pamit kalo gitu. Lo jaga diri ya." Gema memandang Mia. "Jagain Luna."

"Apaan sih, gue gak bakal diculik ini."

Setelah Gema benar-benar menghilang, Luna melangkahkan kakinya untuk masuk ke kosan namun pandangannya melihat seorang cowok mengenakan hoodie di bawah sana.

Revan? batinnya.

* * *

"Temenin aku belanja, ya Van? Jam 11 an aja, nanti siangnya kita bisa nonton." Anya bersemangat mengatakan, sudah lama ia ingin nonton bersama dengan Evan dan kali ini adalah kesempatannya untuk mewujudkan hal itu.

"Hah?" Evan yang baru bangun melihat jam dindingnya yang baru pukul jam 8 pagi. "Hari ini kamu gak belajar?"

"Belajar? Sekarang hari minggu."

"Iya tau, tapi besoknya kan pemantapan, Nya." Besok pemantapan diadakan selama seminggu, untuk melatih siswa a

"Van, kan cuma pemantapan doang, bukan ujian sekolah. Lagian UN juga ditiadakan, kan. Gak perlu terlalu ambis juga."

Evan terdiam.

"Jadi bisa kan, temenin ya?"

Evan menghela napasnya, mungkin bentar lagi Anya akan kecewa oleh ucapannya.

"Nya, sorry,"

Tut..Tut..Tut!

"Aish!!"

Evan tebak Anya marah padanya kali ini, ucapannya belum selesai cewek itu sudah memutuskan sambungan telepon. Evan memasang wajah kesal, belum lama ini mereka kembali berpacaran dan ini pertama kalinya Anya marah lagi padanya.

Entah dorongan apa Evan kini menyukai belajar dibanding keluar bersama Anya. Ia masih mengingat jelas bagaimana perubahan sikap Luna membuatnya terus menerus memerhatikan cewek itu, melakukan hal yang dilakukannya juga, semakin Luna cuek padanya semakin membuat Evan menaruh perhatian. Apa sekarang Evan lebih mencintai Luna?

GEMA ALASKAR (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang