62| Live load

1.4K 122 6
                                    

"B-bokap gue dimana sekarang?"

"Di penjara. Bokap lo bangkrut karena korupsi." Luna menoleh, kali ini Vella yang datang ke kelasnya. Apa mereka bekerja sama menjatuhkannya?

Vella berjalan masuk ke dalam kelas, sementara Anya menunggu di luar. Berjaga takut Evan datang ke kelas tiba-tiba melihat semuanya.

"Bokap lo emang hebat, ya? Dia gak mau anaknya sendiri tau kalo bokapnya korupsi, apalagi anaknya jadi secantik ini. Semua badannya hasil dari uang korupsi. Segitu sayangnya bokap lo sama lo, Anet, anak yang gak pernah dipublikasi ke dunia luar. Jadi Lo sangat amat beruntung gak liat penderitaan bokap lo sendiri." Vella berjongkok, ia tersenyum lalu menatap sedih Luna yang terus bergeming tanpa merespon.

"Sebenernya gue kasihan juga sama lo, Anet. Dari kecil hidup lo udah tragis, apalagi pasca kebakaran, lo trauma, orangtua lo cerai dan lo malah punya ibu tiri. Lo mau tau gak, semenyedihkan apa lo sejak kecil? Gue tunjukkin sesuatu biar lo gak penasaran." Vella tersenyum kembali, mengeluarkan ponselnya, menunjukkan sesuatu.

"Ini foto lo waktu di rawat di rumah sakit karena bunuh diri. Loncat dari balkon kamar ke kolam renang." Luna langsung terngiang, menutup telinganya rapat-rapat dengan kedua tangannya. Ternyata benar, mimpi buruk itu memang dirinya yang mencoba bunuh diri.

Masalah terus saja bermunculan. Dari awal Luna tidak pernah tau apa-apa, memori Luna hanya sekilas yang muncul namun Lunga yakin dirinya tidak pernah bunuh diri waktu itu, Luna hanya menyelamatkan dirinya dan berakhir jatuh terkena ujung lantai kolam renang.

Selain itu ada lagi hal membuat Luna kepikiran. Baru kali ini Luna baru menyadari sebuah keanehan pasca kecelakaan yang terjadi pada ayah dan ibu tirinya.

Hal pertama, mengapa Luna hanya bisa menemui nyokap tirinya di pemakaman umum Jakarta sementara Ayahnya malah dinyatakan hilang? Beberapa saat kemudian ia baru mengetahui dari Pamannya, Ferry bahwa ayahnya ditemukan dan akan dimakamkan di Bandung. Luna yang baru mengetahui pun tidak sempat melihat ayahnya dimakamkan karena lamanya perjalanan dari Jakarta menuju Bandung.

Oleh sebab itu ternyata semuanya hanyalah bohong, semua orang membohongi bahwa ayahnya yang masih hidup sedang di penjara karna perusahaannya bangkrut oleh kasus korupsi.

Luna sempat tidak percaya ayahnya sebaik itu melakukan hal yang tidak benar, namun jika semuanya benar bagaimana? Luna tidak mau lagi seperti orang bodoh yang tidak tahu apa-apa, ia harus mencari tahu semuanya mulai dari sekarang.

* * *

Tepat di depan sebuah rumah besar, Luna menatap rumah yang beberapa waktu lalu masih ditempatinya sebelum akhirnya ia diusir dari rumah itu.

"Non Luna?" Luna tersenyum saat ART Vella memanggilnya.

"Bi, abis dari pasar?"

"Iya, bibi mau masak, soalnya nanti malem ada tamu."

"Siapa?"

"Den Gema sekeluarga diundang makan malem sama Tuan." Luna tersenyum kecut mendengarnya. Gema sudah serius memilih Vella sekarang. Untuk apa Luna bersedih, lagipula ia akan pergi dari sini sebentar lagi.

"Non Luna ada apa ke sini? Mau ketemu Tuan?"

"Iya, saya ada janji sama Om Ferry."

"Yaudah atuh kalo gitu masuk, yuk?"

"Sini biar saya bantuin, Bi."

GEMA ALASKAR (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang