16| Curiga

2.6K 211 8
                                    

Kembali ke sekolah lagi, Luna nampak berbeda dari biasanya. Mengenakan masker dan kacamata, tahu kenapa? Sepulang dari kafe semalam adalah penyebabnya, pipinya membiru dan luka tangan yang membekas akibat ditampar Vella.

Andai waktu bisa diputar, waktu itu Luna tidak akan membiarkan kedua orangtuanya untuk pergi ke luar negeri menjalankan persaingan bisnisnya.

"Sarapan gue udah disiapin belom?!" Luna tersadar akan ucapan Vella yang terlihat membentaknya.

"U-udah." Luna menjawab dengan menunduk takut. Vella hanya tersenyum lalu berjalan melewati Luna dan menabrak bahu cewek itu.

Vella duduk di meja makannya, melahap roti panggang dan juga susu hangat.

"Ngapain lo masih di situ? Sana berangkat." Vella terheran melihat Luna   termangu di tempat.

"G-gue gak punya uang buat berangkat sekolah."

"Hari gini, lo gak punya uang?" tanya Vella jengah. "Lo kerja kan, uang lo ke mana?"

"Gue baru kerja beberapa hari, belum dapet gaji," jawabnya.

"Lo bener-bener, ya? Nyusahin mulu hidup lo!" Vella mengambil dompet di tasnya lalu melemparkan selembar uang berwarna ungu.

"Tuh, uangnya buat naik angkot biar irit."

"Makasih." Luna pergi setelah itu, berjalan kaki menuju depan komplek dan menaiki angkutan umum untuk ke sekolah. Ini pertama kali dalam hidupnya Luna baru menaiki angkot.

Beberapa kali angkot berhenti karena ada penumpang yang naik. Jarakke sekolah memang cukup jauh biasanya ia berangkat dnegan ojek online sampai dalam waktu kurang lebih 15 menit.

"Pak, SMANOV, ya?"

Luna yang tengah mendengarkan lagu melalui eaphone yang terpasang di telinga kirinya tersadar mendengar suara penumpang cewek menuju SMA yang sama dengannya. SMANOV--singkatan dari SMA Supernova, sekolah tersebut terkenal di Bandung dan sering disingkat dengan nama seperti itu.

"Anya?"

* * *

"Eh semalem si Luna kunaon, ya? Si Gema belum kelar nyanyi udah main pergi aja." Rino berujar.

"Gak tau gue juga, liat muka lo kali serem."

"Yeu sialan, emang aing setan!" sungut Rino.

"Ekhem!" Rino dan Leo menoleh pada seorang cewek menghampiri meja, tempat mereka duduk.

"Eh Sipa, tumben pagi-pagi nyamperin kita." Leo berucap sembari menyisir rambutnya.

"Makin cakep aja ye, Sip. Waktu kelas 10, masih bocil polos duh sekarang mah beuh mantep pisan."

Dug!

"Aduh, garang pisan ih maneh!" Rino mengusap-usap kepalanya yang dipukul buku kas oleh Syifa selaku bendahara kelas 

"Pala lo mantep, filter dulu mulut lo!" geram Syifa.

"Orang aing ngomong sesuai fakta, Sip," spontan Rino.

"Gue pukul lagi ya lo?!"

"Eh iya-iya ampun!"

"Emak-emak lo godain sih, No," bisik Leo lalu terkekeh.

"Heh!" Rino dan Leo terperanjat kaget. "Cepet sekarang bayar kas, kalian masih nunggak!"

"Seminggu 10 ribu, kalian belum bayar dari minggu kemarin sekalian diitung sama hari ini jadi 12 ribu!"

"Loh mahal amat!" protes Rino.

GEMA ALASKAR (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang