Gimana tanggapan kalian setelah baca sampai part ini?
Jangan lupa vote komennya
Happy reading!
* * *
"Gema, lo dimana?!" Gema menjauhkan ponsel dari telinga, suara teriakan kakaknya ini sangat menganggu indra pendengarannya.
"Gue lagi kumpul sama anak TrialKing."
"Lo tuh ya bener-bener. Papa nyuruh kita berangkat bareng ke Panama Resto buat makan malem sama rekan bisnis."
"Ya terus?"
"Dodol! Ya dateng, masa gue sendiri!"
"Gue sibuk kak, besok masih pemantapan ujian sekolah."
"Gue gak mau tau kalo lo gak dateng siap-siap aja papa marah-marah!"
"Hah? Apaan suara lo putus-putus, sinyalnya jelek kayanya di sini."
Tut..Tut..Tut!
Gema sengaja memutuskan sambungan telepon dan juga mematikan teleponnya. Ia kembali merebahkan diri di sofa studionya, meski saat ini sedang off manggung karena ingin fokus menjelang semester 2 di kelas 12, Gema juga sangat malas sekali menghadiri acara tersebut, sudah pasti dirinya bakal jadi korban keegoisan ayahnya--Indra untuk melanjutkan bisnis perusahaan yang sudah dibangun sejak lama itu.
"Siapa, Gem?"
"Kakak gue nyuruh makan malem bareng bokap sama rekan bisnisnya."
"Wih makan gratis tuh." Rino tercengir.
"Makan mulu isi otak lo, No!"
"Daripada lo, bok*p mulu!"
Lagi-lagi ribut. Gema bangkit mengambil jaketnya yang tergantung demi menghindari kedua temannya ini berdebat, walaupun hanya candaan tapi otaknya saja sedang pusing ditambah kedua orang gila ini berdebat.
"Mau kemana lo, Gem? Ini kita belajar belum kelar, ajarin napa," pinta Leo.
"Belajar sendiri, gue keluar bentar, cari angin."
"Cari angin apa cari istri, Gem?" Ledekan Rino langsung dibalas dengan tatapan sangar dari Gema.
"Pilih kuburan apa rumah sakit, No?" Rino menelan napasnya susah payah. Niatnya hanya bercanda tapi malah ternistakan, apalagi di sampingnya Leo berusaha menahan tawa dan pastinya bakal ia puaskan tawanya setelah Gema benar-benar pergi.
"Cari angin gih, Gem. Pake jaketnya, jangan sampe masuk angin, ribet nanti gue mesti kerokin." Rino terkekeh sendiri.
"Pinjem motor var*o lo, No." Gema mengambil kunci motor Rino.
"Iya ambil aja dah, jangan dirusakin, baru bener soalnya."
"Gue ganti motor sport kalo rusak."
"Alhamdulillah!"
"Kalo rusak, ya, kalo rusak. Kalo kagak ya, motor lo balik dengan bensin full." Rino yang tadinya senang hanya tercengo, baru saja impiannya akan terwujud namun Gema membuat kandas impiannya.
Gema menyusuri jalanan Kota Bandung, banyak sekali makanan di pinggir jalan yang menarik perhatiannya, terutama martabak dan wedang jahe untuk menghangatkan badan malam-malam Kota Bandung yang dingin ini.
Pikiran Gema langsung tertuju oleh Luna. Cewek itu sudah makan atau belum, sedang apa di kosan dan masih banyak pertanyaan lainnya.
Tanpa banyak berpikir Gema memarkirkan motor Rino di sisi jalan. Berharap Luna akan suka dengan pemberiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMA ALASKAR (COMPLETED)
Teen Fiction#1 in teenfiction (09/03/2022) #1 in badboy (09/03/2022) #1 in troublemaker (18/08/2022) #29 in fiksiremaja (28/03/2021) (Jangan lupa follow Author) Masalah bermula dari pertemuan tidak sengaja Gema Alaskar dan Luna Arnetta di sebuah kafe di pusat K...