Gema melirik cewek di sampingnya diam-diam, dia tampak gampang sekali mengerjakan tugas matematika, berbeda dengan dirinya yang terlihat tidak semangat mengerjakan tugas.
Hari pertama sekolah bukannya masih hari bebas karena guru datang hanya perkenalan dan absen siswa saja tapi ini malah harus mengerjakan tugas setelah diberi materi. Persetan dengan tugas, lebih baik dia menenggelamkan wajahnya dan tidur.
"Gema!" Gema menengadahkan kepalanya, belum lama Gema tidur, Guru di depannya sudah berseru memanggilnya.
"Kamu ini malah enak-enakan tidur," kata Bu Gina.
"Pusing, Bu."
"Alesan." Semua guru tahu, Gema salah satu murid yang selalu berakal-akalan untuk bolos dengan berbagai macam caranya.
"Beneran, Bu, perut saya sakit lagi." Gema mengingat kata-kata Rino yang bilang kalau mereka telat karena mencret-mencret akhirnya dia berpura-pura kesakitan, memegang perutnya.
"Kayanya beneran, Bu." Leo berceletuk.
"Hayu atuh, Le, kita anterin ke UKS!" seru Rino.
"Eh-eh..siapa yang nyuruh kamu anterin Gema ke UKS?"
"Ga ada, Bu." Rino terkekeh, menggaruk tengkuknya menahan malu.
"Luna?" Luna menoleh saat Bu Gina memanggil. "Tugas kamu, sudah?"
"Sudah, Bu."
"Tolong temani Gema di UKS," pinta Bu Gina mengejutkan Luna.
"Biar kita aja, Bu, kita kan sohibnya, ya ga, No?" Leo kembali menyaut.
"Yoi!"
"Ga ada diantar-antar kalian berdua, memangnya saya ga tau kalian tukang bolos apa?" sambar Bu Gina pada kedua muridnya yang langsung diam.
"Luna, kamu awasi Gema, jangan sampai bolos setelah sampai UKS." Luna menelan ludahnya susah payah, menjadi teman sebangku cowok itu saja membuat Luna takut kalau penyamarannya terbongkar apalagi menemani dan mengawasinya di UKS.
"Ayo Luna, cepat antarkan!" titah Bu Gina, Luna segera bangun membantu Gema menuju UKS. Sementara Rino dan Leo sudah tahu Gema hanya akal-akalan agar bisa bolos, mereka berdecak kesal bisa-bisanya dia bolos tidak mengajak Rino dan Leo.
Suasana di UKS cukup sepi, tidak ada yang berjaga di sana jadi Luna yang harus melakukan semuanya terutama mengobati Gema.
Luna pergi mengambil kotak obat, mencari obat yang dibutuhkannya selepas membantu Gema duduk di atas brankar. Selang beberapa menit, Luna kembali membawa obat beserta air putih hangat.
"Nih, minum!" Gema mengambil obatnya dan langsung minum air digelas tersebut.
Untung Gema hanya beralasan sakit maag jadi meminum obatnya pun tidak akan kenapa-kenapa, coba kalau mencret-mencret seperti dikatakan Rino. Bisa-bisa keracunan obat Gema.
"Istirahat aja, gu—aku mau ke kantin dulu, beliin sarapan."
"Gausah," tolak Gema. "Lo disini aja, temenin gue."
Keduanya sama-sama diam. Luna memutuskan bermain ponsel dan duduk tidak jauh dari brankar, dia tidak tahu harus berkata apa, yang dia takuti sekarang kalo Gema mengenalinya karena mereka cuma berdua di UKS.
"Bagi nomor whatapps lo."
"Hah?" Mendadak Gema meminta nomor Luna, dia benar terkejut bukan main.
"Tuli, lo?" tanyanya ulang. "Siniin hp lo."
Sekali tarikan ponsel Luna berhasil diambil paksa oleh Gema, Luna kaget tidak tahu harus berbuat apa, dia mati kutu sekarang, takut Gema membuka galeri ponselnya, tapi semoga saja tidak, untungnya foto profilnya tidak ada karena masih nomor baru, dan juga foto wallpapernya hanya foto dirinya yang membelakangi kamera menatap Menara Eiffel di malam hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMA ALASKAR (COMPLETED)
Teen Fiction#1 in teenfiction (09/03/2022) #1 in badboy (09/03/2022) #1 in troublemaker (18/08/2022) #29 in fiksiremaja (28/03/2021) (Jangan lupa follow Author) Masalah bermula dari pertemuan tidak sengaja Gema Alaskar dan Luna Arnetta di sebuah kafe di pusat K...