Gema tidak tahu apa yang terjadi dengan Luna, ia sama sekali tidak tahu. Mengetahuinya pingsan Gema langsung merasakan penyesalan yang sebenarnya. Ia terlalu egois pada Luna, membiarkan cewek itu selama ini bersama dengan Revan. Padahal jelas-jelas sebagai orang yang menyukainya Gemalah yang harus menemaninya, bukan menjauhinya dan lebih memilih orang lain.
"Gimana dok, kondisinya?"
"Kondisinya baik-baik saja, tekanan darah normal. Namun saya melihat ada bekas luka di bagian kepala, jadi kita tunggu sampai pasien sadarkan diri. Baru bisa diperiksa secara lebih lanjut."
Ucapan dokter tentang kondisi Luna membuat Gema menjadi tidak tenang. Pasalnya Gema terus memikirkan penyebab Luna pingsan begitu saja di kelas. Ia sampai menanyakan siapa saja yang dipiket di jadwal hari itu, namun sepulang sekolah tidak ada yang piket karena hanya Luna saja yang belum piket paginya.
"Gem, udah jangan dipikirin terus. Luna bakal baik-baik aja. Lo juga harus mikirin diri lo sendiri, ujian sekolah depan mata."
"Gue harus tau siapa yang nyebabin Luna pingsan, Le!" bentak Gema.
"Sekarang masalahnya Luna masih belum sadar, ya kita gak bakal tau siapa yang buat dia pingsan. Lebih baik lo fokus sama kelas tambahan, minggu depan kita ujian sekolah."
"Lo egois, Le. kalo mau fokus sama ujian sekolah lo aja yang fokus, gak usah bawa-bawa gue!"
"Gem, niat Leo baik sama lo," sela Rino.
"Diem lo!" Rino langsung diam, gelagapan setelah dibentak Gema.
"Gema, mau sampai kapan lo nunggu dia bangun? Lo pikirin diri lo juga, lo gak mau lulus emangnya?"
"Gue gak ngerti lagi jalan pikiran lo, padahal Luna udah baik hati ngajarin lo sementara lo di sini gak tau malu mentingin diri sendiri!"
"Gema, bukan gitu maksud gue," sanggah Leo. Gema menarik kerah baju Leo.
"Gema, Gema, tahan emosi lo, Leo temen kita juga," ujar Rino, menahan Gema yang meluapkan amarahnya.
"Luna pasti sadar, tapi lo jangan terlalu parno, Gema!"
"Iya gue emang terlalu parno, karena gue pernah ngalamin kehilangan orang yang lo sayang!"
"Pah?"
Gema yang tengah memikirkan pertengkarannya dengan Leo di sekolah langsung mendongak bangun mendengar begitu mendengar suara, dan itu berasal dari Luna. Wajah Gema tiba-tiba tersenyum sumringah.
"Lun, kamu udah sadar?" Luna menoleh melihat wajah Gema. Natanya memicing, jelas-jelas barusan ia melihat ayahnya membuka pintu. Lalu mengapa menghilang begitu saja dan Gema sudah berada di sampingnya. Apa ia hanya berhalusinasi tadi?
"S-sorry, jelas-jelas lo udah sadar. Gue panggil dokter, ya?"
"Nggak usah."
"Lun, gue..,"
"Gue mau istirahat lagi, lo bisa gak keluar, gak ganggu gue dulu?" Gema dibuat bungkam. Ia segera pergi keluar ruangan. Nada bicara Luna begitu dingin padanya. Mungkin selama ini Gema terlalu jahat dengan Luna, menjauhinya tanpa alasan dan sekarang datang dengan seenaknya.
* * *
Kondisi Luna lumayan membaik setelah sadar. Dokter pun telah memeriksa Luna, tidak ada penyakit serius. Namun bagi Gema ini lebih serius lagi jika dirinya sedang perang dingin dengan Luna.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMA ALASKAR (COMPLETED)
Teen Fiction#1 in teenfiction (09/03/2022) #1 in badboy (09/03/2022) #1 in troublemaker (18/08/2022) #29 in fiksiremaja (28/03/2021) (Jangan lupa follow Author) Masalah bermula dari pertemuan tidak sengaja Gema Alaskar dan Luna Arnetta di sebuah kafe di pusat K...