Demi menghapus kesedihan Luna, kali ini Revan mengajak cewek itu dengan sekedar berjalan-jalan di taman. Cuaca sore hari ini cukup cerah, banyak anak-anak yang bermain di taman juga beberapa orang dewasa.
"Lun, lo inget nggak waktu pertama kali gue ketemu sama lo di taman, gigi lo masih di behel, kan?" Luna langsung menoleh mendengar pembicaraan Revan.
"Lo ngeledek gue?" Revan tersenyum meledek.
"Ng-nggak," tepisnya. "Cuma lucu aja gitu, muka lo sampe sekarang nggak berubah tapi gigi,"
Bugh!
"Kurang ajar!"
"Aduhh, kasar banget sih neng," ujar Revan sambil mengusap-usap bahunya yang dipukul Luna.
Luna tertawa kecil. "Salah sendiri."
"Kalo gue nggak gitu daritadi lo nggak senyum-senyum kali."
"Ya tapi jangan ngatain waktu dulu kali, gue malu."
"Ya namanya lagi jaman buluk-buluknya, ngapain malu,"
"Revan!"
"Apaan?"
"Lo inget nggak, rambut lo dulu kaya ultraman waktu nyamperin gue?"
"Anjrit, inget dong!" Revan bergumam, niatnya nyepill malah ia sendiri kena spill. Senjata makan tuan.
"Makanya jangan spill orang, kena spill juga kan." Luna pergi berjalan duluan.
"Eh lo mau kemana?"
"Pulang."
"Gue anter. Lo tunggu di sini, gue parkir mobilnya di sana." Luna menunggu Revan yang pergi ke parkiran.
Brumm!
Bugh!
Luna mendadak ditarik oleh seorang cowok dan terjatuh di atas tubuhnya akibat salah satu pengendara motor yang hendak menabraknya tadi.
Buru-buru Luna bangun dan membantu cowok tersebut.
"Lo nggak apa-apa?" tanya Luna.
Cowok yang memakai hoodie dan masker hitam itu menggeleng."Btw makasih ya, udah nolongin gue, perlu gue anter ke rumah sakit nggak,"
"Ehh mau kemana?!"
Belum selesai Luna menyelesaikan ucapannya cowok itu malah pergi begitu saja. Misterius sekali, padahal niat Luna hanya berterimakasih karena dirinya jadi tidak tertabrak akibat ditolongnya. Dipikir-pikir, Luna merasa aneh sendiri, bukannya ia barusan berdiri di atas trotoar, mengapa bisa ada yang mau menabraknya tadi? Sudahlah, Luna berusaha menepis dan tidak memikirkan hal itu.
"Awsh..." Luna meringis saat membersihkan tangannya yang kotor terdapat luka.
"Tangan lo kenapa?" Revan yang datang panik langsung keluar mobil.
"Nggak apa-apa, tadi cuma jatoh."
"Kok bisa jatoh? Kan tadi gue nyuruh lo berdiri doang, nggak nyuruh lo salto di sini."
"Apaan sih, Van, bercandaan lo nggak lucu tau, nggak?"
"Ya sorry, gue panik banget asli."
"Nggak usah lebay deh, tadi tuh ada yang mau nabrak gue, untungnya ada yang nolongin jadinya jatoh ke situ," ujar Luna menunjuk tempat ia jatoh tadi.
Beruntung tanah tersebut dipenuhi rumput, sehingga lukanya tidak begitu parah. Tapi bagaimana dengan orang yang menolongnya? Luna melirik ke sekeliling, mencari orang yang tadi menolongnya
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMA ALASKAR (COMPLETED)
Teen Fiction#1 in teenfiction (09/03/2022) #1 in badboy (09/03/2022) #1 in troublemaker (18/08/2022) #29 in fiksiremaja (28/03/2021) (Jangan lupa follow Author) Masalah bermula dari pertemuan tidak sengaja Gema Alaskar dan Luna Arnetta di sebuah kafe di pusat K...