Happy 50k reads! Thanks all readers udah baca cerita ini, semoga banyak yg suka sama cerita ini, banyak-banyak ambil pelajaran dari cerita ini ya ambil sisi positifnya, semoga cerita ini bisa berkembang lagi, dibaca banyak orang. aamiin
Happy Reading guys!
* * *
Vella masih menangis di depan mayat ART-nya, di posisinya kali ini ia harus bagaimana. Membiarkan ARTnya tersebut agar dibawa oleh orang suruhan ayahnya atau ia harus lapor pada polisi.
Ponselnya yang di kamar berdering, Vella hampir terkejut setengah mati. Nama Leo tertera di sana, Vella segera mengambil ponsel itu, mengangkatnya.
"Vell..,"
"L-leo g-gue t-takut,"
"Gue di balkon kamar lo, buka pintunya."
Tut...
Vella makin terkejut dan langsung mematikan panggilan sepihak. Ia melempar ponselnya ke kasur dan berjalan mundur. Terduduk di depan lemari.
Untuk apa Leo menemuinya kemari? Selain ia akan menuduhnya tidak-tidak, hal ini sangat berbahaya baginya, Vella tidak mau melibatkan Leo dalam masalah yang tidak ada sangkut paut dengannya.
"Vella..."
"L-lo ngapain ke sini?!"
"Gue mau ketemu lo. Buka pintunya!"
"Lo pasti bakal ngira gue nggak-nggak pastinya!" larang Vella.
"Nggak akan, gue percaya sama lo," sanggah Leo.
"Nggak, gue nggak mau!" Vella menutup kupingnya rapat-rapat. Ia menangis sangat takut, semua terjadi seperti mimpi buruk.
Leo hanya bisa menatap Vella dari pintu kaca luar. Panik melihat kondisi Vella yang tertekan. Leo mencari sesuatu, melakukan berbagai cara untuk membuka pintu tersebut.
Di bawah sana ada Revan yang tadinya ingin memantau Leo saja menjemput Vella terpaksa menelpon teman-teman anggota Avigoznya yang telah bubar dan Rino juga menelpon teman-teman anggota TrialKing karena terlalu banyak penjaga di sana setelah mobil Ferry pergi.
Leo mengangkat sebuah pot bunga berukuran sedang diangkat oleh Leo lalu dibenturkan pada pintu kaca tersebut.
"Hei, siapa di sana!" Tentu saja suara benturan pot dan pintu kaca berhasil membuat kebisingan yang didengar oleh orang suruhan ayahnya di bawah sana.
Prang!
Mendengar suara bising dari kediaman rumah Vella, Revan dan Rino menyuruh teman-temannya menyerbu rumah tersebut, ia takut terjadi sesuatu pada Leo dan Vella jika mereka tidak berhasil keluar.
Pintu kaca tersebut berhasil pecah. Leo berjalan masuk menghampiri Vella.
"Vell,"
"Pergi Leo!"
"Pergi!" serunya lagi.
"Gue bunuh ART gue sendiri, gue bunuh dia!" teriak Vella histeris.
"Hei, Vella! Lo harus tenang, oke? Gue tau lo bukan yang bunuh ART lo."
"Lo percaya sama gue?"
"Gue percaya, sekarang lo ikut gue supaya lo aman, ya?"
"T-tapi bibi—
"Biar polisi yang urus semuanya." Vella panik kembali.
"Polisi?! Gue nggak mau ditangkep polisi! Gue nggak mau di penjara!" Leo mendekap Vella, betapa tertekannya dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMA ALASKAR (COMPLETED)
Teen Fiction#1 in teenfiction (09/03/2022) #1 in badboy (09/03/2022) #1 in troublemaker (18/08/2022) #29 in fiksiremaja (28/03/2021) (Jangan lupa follow Author) Masalah bermula dari pertemuan tidak sengaja Gema Alaskar dan Luna Arnetta di sebuah kafe di pusat K...