"Pipi lo kenapa gue tanya?"
"Gak papa." Luna masih bersihkukuh berbohong.
"Ck, tinggal jawab jujur apa susahnya, sih?"
"Gue gak papa." Luna memakai kembali maskernya, lalu hendak pergi. "Anya sama Dinda nungguin gue."
Segera Gema menahan pergelangan tangan Luna. "Lo tinggal bilang jujur atau gue cari tau sendiri?!" ancamnya.
Beradu argumen dengan Gema memang susah ternyata dan kini dia mengancamnya. Kenapa hidup Luna tidak pernah tenang rasanya?
Sudah jam masuk, sampai saat ini Luna sangat bingung sekarang, memikirkan ucapan Gema dan ia malah mengabaikannya karena menurut Luna Gema sendiri bakal mencari tahu lagi jika ia mengatakan yang sebenarnya. Ditambah masalah hidupnya dengan Vella makin rumit.
"Luna?"
"Luna Arnetta?"
"Lun!"
"E-eh iya, Bu?" Luna mengerjap kaget setelah tangannya disenggol oleh Dinda.
"Tolong maskernya dibuka kalo mau belajar."
"I-iya, Bu." Luna menurunkan sedikit maskernya, untung saja rambutnya sedang diurai jadi pipinya yang agak membiru akibat tamparan Vella sedikit terhalang oleh rambut.
"Sekarang saya absen dulu, ini masuk semua?" Guru tersebut mulai menghitung jumlah murid di kelas sampai akhirnya tertuju pada salah satu kursi kosong--tempat Gema duduk.
"Itu kursi yang kosong yang ada tasnya siapa, temanmu mana?" tanya guru itu pada Rino.
Semua mata tertuju pada bangku kosong tersebut begitu pun dengan Luna. Ia baru sadar Gema belum kembali ke kelas semenjak pertengkaran dengannya tadi.
"A-anu, Bu."
"Apanya anu-anu, yang jelas, temanmu kemana?" sahutnya.
"Tadi bilangnya mah ka toilet, Bu," jawab Rino dengan logat sunda.
"Cepet cari dia, 10 menit gak ketemu kamu bisa balik lagi ke sini." Rino mengangguk setuju lalu pergi mencari Gema.
"Sambil nunggu, buka hal 28 buku paket sejarah kalian, baca materi bab 2 saya akan adakan sesi tanya jawab jam setengah 10 nanti."
Seisi kelas hening, semua murid berkutat dengan buku paketnya masing-masing sementara Luna, pikirannya menjadi tidak fokus setelah melirik bangku Gema diam-diam, apakah Gema sangat marah padanya?
* * *
Entah apa yang membuat Gema kembali lagi ke rooftop sekolah, tempat di mana Gema menyendiri menjadi dirinya yang dulu.
Gema yang sering ketahuan merokok, bolos, berkelahi itu semua membuatnya menjadi langganan BK sehari-hari. Bahkan di luar Gema sendiri gemar balapan liar dan melakukan pertandingan tinju secara ilegal.
Banyak yang tidak habis pikir dengan tingkah Gema yang misterius, ia tidak mudah ditebak bahkan akan selalu begitu. Banyak rahasia yang ia punya, tidak cuma Luna saja yang membuatnya pusing akhir-akhir ini.
Menghabiskan sepuntung rokok tidak membuat masalahnya lega dalam sekejap, ia pun kembali mengambil rokok itu lagi dari sakunya dan mematiknya untuk kembali di hisap.
"Nah kan, feeling aing bener maneh di sini." Gema menoleh mendengar suara di sekitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMA ALASKAR (COMPLETED)
Teen Fiction#1 in teenfiction (09/03/2022) #1 in badboy (09/03/2022) #1 in troublemaker (18/08/2022) #29 in fiksiremaja (28/03/2021) (Jangan lupa follow Author) Masalah bermula dari pertemuan tidak sengaja Gema Alaskar dan Luna Arnetta di sebuah kafe di pusat K...