"Sekali lagi, 1..2..3!"
Selesai sesi pemotretan, Celine berjalan menuju kursinya untuk beristirahat. Sesekali memegang keningnya, meringis pelan. Entah apa yang terjadi, selama pemotretan kepalanya sangat pusing.
"Cel, kenapa?"
"Nggak, gue gak apa-apa, Dian," kata Celine pada Dian, manajer sekaligus teman dekatnya. Rumah mereka pun hanya beberapa langkah saja jadi memudahkan dalam pekerjaannya juga.
"Muka lo pucet gitu, Cel, kita ke dokter ya?"
"Nggak usah, gue cuma pusing dikit. Barang-barang udah beres?"
"Udah."
"Yaudah sekarang kita langsung pulang, lo yang nyetir." Dian mengangguk, membawa barang-barang Celine menuju mobil. Sementara Celine mengikutinya dari belakang.
Luna tersenyum, tidak bisa menutupi rasa senangnya berjalan keluar agensi, kali ini ia bisa pulang lebih cepat dari biasanya. Pemotretan kali ini hanya sebentar dan moodnya makin bagus saat fotografernya tadi berkata kalau sesi pemotretan tadi fotonya akan dijadikan sampul majalah TredyGirls, salah satu majalah ternama di Bandung.
Ngomong-ngomong soal itu, Luna mesti memberitahukan hal ini pada Gema. Luna mengetikkan beberapa digit nomor di ponselnya.
Tut...
Luna melihat sekeliling menunggu teleponnya diangkat oleh Gema.
"Halo..." Cowok itu menyahut.
"Gema, gue ada kabar,"
Bruk!
Mata Luna mendelik melihat seorang cewek dari jarak yang tidak jauh darinya jatuh di area parkiran. Luna segera mematikan ponselnya dan menyimpan ke dalam tas, menghampiri orang tersebut.
"Kak Celine?!"
* * *
Baru saja hari ini pemantapan ujian sudah selesai, Gema hendak menjemput Luna di agensi sekaligus melihat Celine yang sedang bekerja karena mereka satu agensi tetapi masalah kembali muncul ketika Luna kembali menelpon setelah memutuskan sambungan secara mendadak.
Kali ini masalah Celine masuk rumah sakit dan Gema benar-benar kalut, wanita kedua yang disayanginya setelah ibunya terbaring di rumah sakit apalagi sampai di masuk ruang ICU, pastinya terjadi sesuatu yang parah.
Gema turun dari motornya setelah menyalip beberapa kendaraan di tengah kemacetan sore hari, begitu melihat Luna di depan rumah sakit menunggunya, Gema makin khawatir kalau Celine benar terjadi apa-apa.
"Lun, gimana kondisi kakak gue?"
"Gema, lo tenang dulu."
"Gimana gue bisa tenang, dia jarang sakit!" Luna terdiam setelah dibentak Gema. "S-sorry, Lun. Gue gak maks,"
"Kakak lo di ruang rawat kata Kak Dian. Sorry gue telat ngabarin, ponsel gue low,"
"Kakak gue di rawat di ruang apa?"
"Ruang Anggrek 1."
"Oke makasih."
Luna tersenyum menatap punggung Gema semakin menjauh, ia berjalan mengikuti Gema. Sangat jelas raut khawatir Gema pada kakaknya, bahkan sampai-sampai Luna berpikiran permintaan maafnya terabaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMA ALASKAR (COMPLETED)
Teen Fiction#1 in teenfiction (09/03/2022) #1 in badboy (09/03/2022) #1 in troublemaker (18/08/2022) #29 in fiksiremaja (28/03/2021) (Jangan lupa follow Author) Masalah bermula dari pertemuan tidak sengaja Gema Alaskar dan Luna Arnetta di sebuah kafe di pusat K...