Yuk jangan lupa vote komennya
Happy Reading!* * *
"Ibu, Anya pulang!" Anya menyalimi ibunya sepulang bekerja dari kafe. Sebelumnya ia sudah mengirim pesan pada Luna untuk pergi bekerja dan tidak bisa menemaninya sewaktu pemotretan. Dinda juga memiliki kepentingan mendadak karena Arash datang juga ke tempat pemotretan bersama dengan Celine.
"Ibu udah makan?" Rini, ibunya itu tersenyum meski Anya tahu di dalam hatinya terlihat rapuh semenjak ditinggal oleh ayahnya.
"Yang ada ibu yang tanya kamu, kamu sendiri udah makan belum? Pulang sekolah kerja, hari libur kerja."
"Ibu gak usah pikirin Anya, ibu mau makan apa? Biar Anya masakin, Anya tadi belanja ke minimarket." Anya antusias bertanya.
"Udah kamu istirahat aja biar ibu yang masak."
"Ibu ih, biar Anya aja!" Anya mengerucutkan bibirnya, niat hati ingin membahagiakan ibunya yang murung di rumah malah merepotkannya.
"Kamu mandi aja gih, bau, banyak kuman!" Perintah ibunya memang susah untuk mengelak. Anya kemudian pergi ke kamarnya di lantai atas.
Langkahnya terhenti ketika memandang foto ayahnya yang terpampang di dinding tangga.
Anya kangen ayah.
Anya tersenyum memandang sekilas foto ayahnya lalu bergegas ke kamar dan mandi.
Tok! Tok!
"Masuk aja!"
"Anya bukain pintu, ibu lagi masak!" teriak Rini dari dapur.
"Iya bu!" Anya yang mendengar dari kamar secepat mungkin turun dengan menggulung rambutnya dengan handuk.
"Ehh!" Langkahnya yang terburu-buru membuat Anya tidak menyeimbangkan kakinya dan hampir jatuh diundakan tangga akhir jika tidak sebuah tangan menggapainya.
"Akh!" ringisnya, pasti kakinya keseleo setelah hampir jatuh dari tangga. Anya mendongak, ingin berterimakasih pada orang yang menolongnya. "Makasih y-"
"Revan?" Anya terkejut dengan kedatangan Revan.
"Hati-hati lain kali." Tangan Evan yang masih di pinggang Anya kemudian mengendur sebab Anya yang canggung. Anya kembali meringis, ia tidak bisa berdiri tegak dan dibantu Evan yang menopang tangannya. "Masih aja ceroboh."
"Siapa, Nya?" tanya Rini berjalan dari dapur ke ruang tamu. "Nak Revan?"
"Bu, sehat?" sapa Evan ramah. Keduanya memang sudah akrab karena dulu Evan sempat sekelas dengan Anya dan sering main ke rumahnya sebelum naik ke kelas 11, kelas penjurusan.
"Kamu kok baru ke sini lagi, kemana aja."
"Revan sibuk, bu. Sibuk mai-"
Revan membekap mulut Anya dengan tangan satunya. "Revan banyak tugas, bu, beda kelas juga sekarang sama Anya."
Emang gue gak tau tingkah lo benerapa kali keluar hotel. Anya bergerutu melepaskan tangan Evan yang membekapnya, Evan yang kesal ikut melepaskan pegangannya pada Anya. Cewek itu kesakitan.
"Nya, kamu kenapa?"
"Nggak, bu." Anya berujar, dengan tanggap Evan menyindir. "Masih kesakitan aja bilangnya gak apa-apa. Anya jatoh dari tangga, bu."
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMA ALASKAR (COMPLETED)
Teen Fiction#1 in teenfiction (09/03/2022) #1 in badboy (09/03/2022) #1 in troublemaker (18/08/2022) #29 in fiksiremaja (28/03/2021) (Jangan lupa follow Author) Masalah bermula dari pertemuan tidak sengaja Gema Alaskar dan Luna Arnetta di sebuah kafe di pusat K...