"Gem, Luna mana?"
Sudah menunggu lama di depan kelas, kening Revan langsung berkerut seketika melihat Gema nyelonong pergi begitu saja tanpa menjawab pertanyaannya. Tak lama Luna keluar kelas, ia keluar paling terakhir.
"Lo sama Gema kenapa lagi? Keliatannya kayanya dia yang marah sama lo sekarang."
"Iya dia marah."
"Marah karna? Dia tau kalo lo,"
Luna mengangguk, lantas berjalan lesu sepanjang koridor, bukan hanya akibat kelas tambahan sehingga harus pulang sore tapi ia tidak tahu bagaimana menghadapi cowok yang sedang marah.
"Lo tenang aja, biar gue bantu jelasin."
"Makasih, Van."
"Sekarang lo jangan mikir apapun lagi, fokus bentar lagi ujian sekolah. Lo tunggu di sini, gue ambil mobil dulu."
Grap!
"Van, gue balik sendiri aja. Makasih ya."
"Bener mau balik sendiri? G-gue,"
"Bener, lo balik sama Anya gih, orangnya nungguin tuh di halte." Revan terbingung, saat istirahat tadi Luna sudah menceritakan semua dan kondisi hatinya pada Anya pun masih kurang baik. Tapi jelas-jelas sekarang sudah biasa saja seperti tidak terjadi masalah.
"Lo udah gak marah sama dia?" Luna tersenyum simpul lalu pergi menemui Anya di halte sekolah.
"Dinda mana?"
"L-Luna, Dinda pergi les, lo belum pulang?"
"Belum."
"L-Lo udah gak marah sama gue?" tanya Anya terang-terangan.
"Kecewa sih iya, lo gak pernah jujur sama gue."
"Maaf..."
"Gue juga mau minta maaf, dan makasih juga."
"Maksudnya?"
"Maaf karena gue rebut Revan dari lo, Makasih karena gue akhirnya tau dari lo, bokap gue masih hidup. Tapi lo tenang aja, gue bakal cari tau, bokap gue bersalah atau engga tentang meninggalnya bokap lo."
"Lun, gak usah. Gue udah instropeksi diri gue sendiri. Seharusnya gue gak ungkit masa lalu gue dengan Revan dan juga bokap gue yang udah meninggal. Jelas-jelas itu kecelakaan dan udah takdirmya bokap gue meninggal, lagipula nyokap lo juga kan,"
"Yang meninggal nyokap tiri gue, tapi gue selalu anggep dia nyokap kandung." Luna mendongak berusaha agar air matanya tidak jatuh saat itu juga.
"Lun,"
"Sesibuk apapun dia, dia selalu nyempetin masak makanan kesukaan gue, jemput gue sekolah, perhatiin gue buat jangan terlalu keras belajar."
"Lun, lo kenapa?" Revan yang baru berhenti di depan halte dengan mobilnya langsung keluar.
"R-Revan, gue gak apa-apain dia."
"Gue gak apa-apa kok."
"Lo gak mau bareng aja, Lun? Sekalian."
"Gue belanja ke minimarket dulu. Kalian duluan aja." Luna buru-buru jalan menuju minimarket, stok makanan di rumahnya sudah habis dan tentunya ia harus belanja agar dapat menghemat uang sebelum mendapat pekerjaan baru lagi nantinya.
Mungkin dari sekarang ia harus melakukan semuanya sendiri agar tidak bergantung lagi pada Gema dan Revan.
* * *
"Lo baru pulang?" Revan yang baru keluar kamar melihat Gema masih berseragam sekolah.
"Iyalah."
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMA ALASKAR (COMPLETED)
Teen Fiction#1 in teenfiction (09/03/2022) #1 in badboy (09/03/2022) #1 in troublemaker (18/08/2022) #29 in fiksiremaja (28/03/2021) (Jangan lupa follow Author) Masalah bermula dari pertemuan tidak sengaja Gema Alaskar dan Luna Arnetta di sebuah kafe di pusat K...