37| A lie

1.8K 131 9
                                    

Jangan lupa vote komennya
Happy Reading!

* * *

"Van, ada yang mau aku omongin." Evan menoleh sekilas pada Luna. Cowok itu sibuk dengan stir kemudi mobil dan jalan yang tampak padat, mungkin di depan sana sedang lampu merah.

"Kenapa? Mau jalan bentar?"

Luna menggeleng, ia sempat kepikiran kalau Evan lah yang menaruh amplop tersebut di ruang BK bukan orangtua Vella, sebab ia tahu sendiri watak Vella dan juga ibunya yang rupanya kurang senang dengannya. Apalagi ayahnya Vella, Pak Irawan walaupun baik tidak mungkin juga sampai mengirim uang dalam amplop karena beliau sendiri tidak akan pulang secara tiba-tiba ke Indonesia.

"Nggak jadi deh."

Evan membelokkan mobilnya lalu berenti di pinggir jalan. "Kenapa?"

"Nggak apa-apa."

Evan menoleh pada ceweknya ini sekarang. "Lun, jangan buat aku bingung."

"K-kamu yang bayarin pembayaran sekolah aku?" Evan mengernyit tidak paham. Luna kemudian menjelaskan perihal amplop yang berisi uang yang ditaruh di ruang BK.

"Van, apa bener kamu?" Evan bergeming, lalu menghela napas dan berpikir, sepertinya masalah ini menarik jika Evan mengakuinya, Luna pasti akan semakin bergantung dan membalas budi padanya.

"Emangnya kenapa, aku gak boleh bantu kamu?" Luna mendengus, mengerucutkan bibirnya. Sebenarnya Luna ingin dibantu Evan tapi bukan begini caranya.

"Ya tapi gak perlu segitunya kamu ngelakuin itu!"

Evan tersenyum, jika dilihat dari dekat, Luna sangat cantik jika mengomelinya seperti ini apalagi wajahnya yang nampak kesal membuat tingkahnya semakin lucu dan menggemaskan.

"Kamu dengerin aku gak, sih?!"

"Aku cuma mau usaha sendiri, aku gak mau ketergantungan sama orang lain. Apalagi sama kamu, pokoknya aku,"

Cup!

"Udah ngomelnya?"

Luna mematung saat Evan memundurkan dirinya. Luna benar-benar tidak menyangka Evan bakal mencium pipinya secara mendadak, jantungnya saja sampai berdebar tidak karuan sampai tubuhnya kaku tidak bergerak.

Bisa-bisa gila Luna hari ini, kemarin Gema mencium bibirnya, walaupun bibir mereka hanya bersentuhan itu membuat Luna menggila semalaman senang bercampur kesal dan sekarang Evan mencium pipinya, apalagi Evan notabenenya sebagai pacarnya sendiri.

"Kok diem?" tanya Evan.

"P-pokoknya a-aku bakal ganti uang kamu!" kesal Luna memandang ke arah luar kaca jendela.

Cowok di sampingnya menahan tawa, menyenangkan sekali menggoda Luna yang sedang ngambek seperti ini.

"I love you, Luna." Luna menoleh melihat Evan menggodanya lagi.

"Bisa diem, gak?!"

"Galak."

"Biarin."

"Kau cantik hari ini dan aku suka." Evan bersenandung menyalakan mesin mobilnya yang kembali melaju.

"Evan!!"

"Ahahahah pipi kamu merah!"

* * *

Luna mengemasi belanjaan pembeli terakhir minimarket, hari ini pengunjung minimarket tidak sebanyak biasanya sehingga Luna bisa bersantai sejenak.

Beberapa pesan di ponselnya belum terbaca, Luna tadi mematikan notifikasi sehingga tidak terdengar bunyi di ponsel.

GEMA ALASKAR (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang