Terima kasih
Yang udah like dan komentar
Mohon maaf ga bisa balas satu2
Pekerjaan lagi mendesak hebat soalnya hehe
Gak sempet revisi juga yaHappy reading my honey
Jangan lupa like, komen and share
Di sebuah ruangan besar dengan jendela kaca yang mengarah ke halaman belakang Benteng, perlahan Bianca masuk berusaha tak mengeluarkan suara apapun dengan langkahnya yang pincangnya, ruangan itu sepi dan sunyi, karena sang empunya masih saja tertidur pulas sejak dua hari lalu pingsan di kamar pribadi milik Bianca. Ya, itu Noe, ia masih berada di Benteng, di rawat di kamar lain di lantai 4
Bianca mengunci pintu kamar, kemudian berjalan mendekati ranjang, di mana Noe tebaring tak sadarkan diri dengan sebuah infus yang terus menetes dan mengalir ke nadinya, tatapan penuh kebencian, masih terbesit di mata sayu itu, meski saat ini objek yang di pandanginya dalam keadaan tak mampu melakukan apa-apa terhadap dirinya
"Wanita mana yang akan mampu berbagi?" Gumam Bianca pelan dan nyaris tak terdengar, pandangannya semakin di bubuhi rasa benci namun kemudian meneduh dan berkaca-kaca, dadanya sesak terasa sangat sakit "apalagi aku yang terkenal egois ini! Aku tidak akan pernah mampu membagimu dengan siapapun, Noe......sekalipun itu, putramu sendiri, hikss!" Bianca mulai terisak, ia terduduk di sisi ranjang tepat di sisi kanan Noe, ia menunduk dan terisak kecil, berusaha menekan suara tangisnya agar tak terdengar, namun tanpa ia sadari saat itu Noe sudah membuka matanya dan melihatnya dengan penuh senyum, bahu Bianca segera di tariknya agar masuk ke dalam pelukannya yang tengah berbaring
"Bai! I love you.....cupp" Bisik Noe kemudian mengecup pucuk kepala Bianca lama dan penuh kasih, namun Bianca dengan cepat bangkit dan berdiri menjauh dari ranjang, membuat Noe merasa kehilangan kehangatan yang baru saja di rasakannya "Bai?" Gumam Noe penuh tanda tanya, apa Bianca masih belum ingin berbaikan dengannya?
Bianca mengusap matanya yang basah, tatapan tajam masih di tujukan pada pria tercintanya itu, dan tanpa segan iapun mengeluarkan pistol andalannya dari balik pinggangnya dan mengarahkannya ke pada Noe yang terlihat santai, meski benda yang ditakutinya itu sedang mengincarnya saat itu, Noe bangkit dari posisi tidurnya kemudian menjuntai kakinya ke bawah tempat tidur, membuat Bianca tersenyum smirk ke arahnya
"Cih, jadi semua yang kamu lakukan hanya tipuan?" Ketus Bianca merasa jijik "pura-pura tak sadarkan diri, dan juga pura-pura trauma dengan benda ini? Bulshit!" Kekeh Bianca merasa muak
Noe mengangkat alisnya menatap Bianca dengan smirk liciknya juga "aku tidak akan pernah takut dengan benda itu, selagi dia di bawah kuasamu!" Jawab Noe dengan nada sombong, ia kemudian menunduk dan kembali menunjukkan smirknya
"Kamu pikir aku tidak berani membunuhmu?" Ketus Bianca semakin memokuskan pistolnya, namun Noe malah semakin menantang Bianca melalui tatapannya, membuat tangan Bianca melemah untuk sekedar menarik pelatuk "kamu terlalu tinggi menilai diri sendiri! Kamu tidak sepenting itu bagiku!" Bianca berusaha terkekeh meledek Noe
"Bai! Aku tau kamu mampu membunuh puluhan, atau bahkan ratusan orang! Tapi aku juga tau, kamu tidak akan pernah sanggup membunuh satu orang, orangnya adalah aku! Aku kelemahanmu, bukan?" Ujar Noe dengan sangat percaya diri membuat Bianca bungkam, ia kemudian melepas tali infusnya dengan hati-hati kemudian berdiri dan berjalan mendekati Bianca "tarik pelatukmu!" Tegasnya kemudian mendekatkan dadanya tepat di mulut pistol Bianca, matanya menatap dalam bola mata Bianca yang berubah kaku
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine
Romance"Wanita, kamu dengar. Sekalipun kamu bisa masuk ke perusahaanku, itu hanya sekedar untuk menunjukkan bahwa aku masih menghargai orang tuaku! Jangan sampai kamu besar kepala!" Ketus Noe tepat di depan wajah Bianca Bianca menelan salivanya kelu, ia me...