Sosial media

555 79 6
                                    

Helaan nafas kasar dan berat terdengar berkali-kali, Bianca menatap malas pada ponselnya yang tak pernah berdering sejak beberapa hari lalu, hari ke 6 sejak Noe pergi, dan ia tak pernah lagi menelfon sejak terakhir mengabari Bianca bahwa ia telah sampai di New york

"ck, harusnya sekarang pukul delapan pagi di sana!" gumam Bianca sambil melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul 9 malam "apa menurutnya aku cewek manja yang tidur pukul 9? hmmm bilang saja sudah melupakanku, Brengsek!" Bianca menggerutu dan mengumpat sendiri, ingin keluar rumah, ada mertuanya yang mengawal di ruang keluarga, sudah pasti tidak dibolehkan jika minta ijin, menantu macam apa dia yang keluar malam malah minta ijin mertua, lagipula mertua mana yang mau mengizinkan begitu

"akhhhh New york, siapa yang aku kenal di sana?"

tik

tok

tik

tok

tik

tok

"Bai Mo!" gumam Bianca sumringah mengingat ada seseorang yang ia kenal berada di markas New York, meski ia tau semua orang akan mengenalnya hanya dengan menyebutkan nama julukannya, biar bagaimanapun juga ia butuh orang yang dikenal untuk membantunya "Bai Mo, semoga saja kontakmu masih ada!" Bianca bermonolog sambil mengacak kontak di ponselnya dan mencari nama Bai Mo di sana namun nihil, nama itu tak tertera di kontaknya "ck, haruskah aku menemui Daddy?" sungut Bianca merasa putus asa "aihhhh B, dia pasti bisa melakukannya!" Bianca merasa girang sendiri dan langsung menghubungi B melalui video callnya

tuuuuutttt

tuuuuuutttt

tuuuuuuuutttt

tuuuuuuuutttt

"mmmmmm?" B hanya bergumam dan menunjukkan wajah memelasnya di depan kamera, namun berbeda dengan Bianca yang saat itu terlihat amat girang, terlihat dari senyumnya yang tak kunjung hilang dari wajahnya

"Sore, B anakku yang ganteng!" sapa Bianca mencoba merayu B terlebih dahulu, namun yang dirayu malah tak terpengaruh apa-apa

"ada apa? jangan banyak bermulut manis!" ketus B spontan membuat senyuman Bianca hilang, mulut putranya itu benar-benar tajam, sama seperti ayah dan ibunya

"jutek amat sih, Ganteng! owww aku hampir lupa, kamu kan turunan suamiku!"

"jangan samain aku sama papa! kita beda!"

"habisnya, jutek kalian itu sama!"

"aku cuma mempersingkat waktu, kamu sangat bertele-tele!"

"setidaknya, tanya dulu kek kabar aku!" sungut Bianca mencebik

"gak ada gunanya, kamu sehat, aku bisa lihat! cepat katakan, ada apa!"

Bianca masih saja mencebik menatap B dengan tatapan penuh harap dan minta dikasihani "kok kamu tau aku mau minta tolong!" 

"terus apa lagi ? emangnya kalian pernah hubungin aku cuma buat nanyain kabar? enggak kan? aku tau kalian dalam masalah!"

"ya, aku memang bukan orang tua yang baik!" ujar Bianca memelas dan mencoba mengalah untuk mengakui kesalahan, kerena ia tau, berdebat dengan B akan merusak moodnya "kamu harusnya kasihan padaku saat ini!" rengek Bianca sok manja membuat B mencibirnya 

"aku akan sebarkan video rengekanmu di Benteng!"

"JANGAN!" Bianca spontan membentak kemudian kembali kepada ekspresi semula "kamu tega merusak citraku?" ralat Bianca dengan lembut

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang