Mine 22 (problem)

662 83 26
                                    

Di kamar yang rapi dan mewah, Noe terus meringkuk di ranjang king size dengan balutan bedsheet nuansa gold kombinasi merah itu, Bianca duduk di salah satu sisi tempat tidur, memandangi Noe yang terus meringis merasakan sakit di bagian kepalanya, genggaman Noe di tangan kanan Bianca tak terlepas sejak ia berbaring di sana

"Akhhhh, aku bisa gila!" Ringis Noe terus meringkuk, setiap kali ringisan itu terdengar, pegangan Noe di tangan Bianca terasa semakin kencang, membuat Bianca tau, bahwa yang di rasakan Noe benar-benar sangat sakit

"No, apa perlu aku panggil tante Kikan?" Tanya Bianca dengan suara lembut, namun Noe menggeleng sambil mengencangkan genggamannya "lalu aku harus apa? Aku nggak ngerti sama sekali kamu sedang bagaimana!" Panik Bianca

Noe berhenti meringis, ia menatap Bianca dengan lekat kemudian duduk dari posisi tidurnya "Bai!" Gumam Noe pelan, meskipun pelan Bianca dapat mendengarnya dengan jelas karena Noe bicara di dekat telinganya, Bianca menoleh karena merasa terpanggil, menatap wajah yang di buat tenang namun masih terlihat kerutan di keningnya, pertanda masih ada rasa sakit yang mendera, membuat Bianca tak tega untuk melihatnya

"Istirahatkan pikiranmu! Hentikan ketakutan dalam dirimu!" Ujar Bianca berusaha membuat Noe tetap tenang

Noe memejamkan matanya cukup lama, ia masih saja meringis pelan menahan rasa sakit di kepalanya "bagaimana mungkin ini bisa hilang? Aku tidak bisa untuk tidak memikirkannya, Bai!" Noe sedikit terisak, ia menumpahkan rasa sakitnya lewat air mata, Ia pernah berharap, saat rasa takut itu datang, Bianca tidak sedang bersamanya, tapi kenapa yang ia lakukan saat itu berbeda? Bahkan ia tak ingin Bianca jauh sedikitpun

Bianca memutar tubuhnya menghadap Noe, ia menepuk tangan Noe yang terus menggenggam jemarinya yang sudah merah dan berbekas "apa mungkin, yang kamu lihat di mimpimu adalah Papa?" Tanya Bianca dengan haru, namun Noe hanya diam menelan salivanya "jika itu benar, kamu tidak perlu lagi merasa bersalah dan menderita seperti ini!" Ujar Bianca dengan susah payah, sulit bagi dirinya berdamai dengan diri sendiri untuk mengatakan itu

"Bai______"

Bianca mengangguk, ia terisak seiring air matanya yang luruh "tidak ada yang menyalahkanmu, Noe! Kamu juga korban, Papa sudah memilih jalannya sendiri, dia lebih memilih berkorban untuk melindungi kamu! Lalu kenapa kamu malah merusaknya dengan ketakutan seumur hidupmu? Sedangkan bagi orang lain hidupmu sangat penting di banding dirinya sendiri!" Jelas Bianca dengan sangat tenang membuat Noe menunduk, ia semakin menarik tangan Bianca kemudian meremasnya dengan erat

"Bagaimana kamu tau semua ini?" Noe terpekur berusaha menyembunyikan air matanya, namun Bianca tetap saja mengetahui bahwa prianya itu tengah menangis, karena air matanya jatuh menitisi punggung tangannya sendiri

"Jangan lagi memikirkan aku! Aku tidak pernah marah dan menganggap kamu membunuh, Papaku!" Sela Bianca menjawab ketakutan dalam hati Noe " Mama, orang yang paling tersiksa saat Papa pergi, tapi dia bisa hidup dan terus menyayangimu hingga ujung hayatnya! Kenapa aku harus egois?"

Noe tersenyum getir, ia menatap Bianca, melihat ke dalam matanya untuk mencari celah kebohongan, namun gagal "aku tidak pernah bertemu dengannya, sejak aku berumur 7 tahun!" Aku Noe seolah membantah pengakuan Bianca

"3 februari, Mama selalu meniup lilin untuk ulang tahunmu!"

Noe terkekeh "itu ulang tahun Daddy!"

"Juga hari kematian Papa!" Sela Bianca membuat bibir Noe terkatup rapat "bagi Mama, hari itu adalah kelahiranmu, kamu terlahir kembali bersama perginya Papa! Mama selalu mendamba, agar kamu bisa menikah denganku!" Aku Bianca dengan sangat getir

Noe terdiam, baginya, menikahi Bianca adalah sesuatu yang amat berat ia lakukan, tapi bagaimana mungkin ia dapat seegois itu? Jika saja hutang keluarganya pada Bianca bukanlah sebuah nyawa, mungkin saja Daddy tidak akan pernah memaksanya hingga sedemikian rupa, ingin rasanya Noe mengulang kembali waktu dan menarik seluruh ucapan buruk tentang Bianca yang terlontar dari mulutnya

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang