................"Daddy!" Seru Bianca menghampiri pria paruh baya yang tengah duduk sendiri di sudut cafe
Pria yang merasa terpanggil itu menoleh lalu mengikuti Bianca dengan pandangannya "bagaimana kabarmu?"
"Seperti yang Daddy lihat, masih sama dengan terakhir kali kita bertemu!" Jawab Bianca langsung menyesap minuman yang ada di atas meja dan tak lain itu adalah minuman milik sang Daddy a.k.a ayah mertuanya sendiri membuat pria itu hanya tertawa melihat Bianca yang seperti orang tidak minum selama satu minggu
"Ada masalah apa? Kamu seperti orang yang kehabisan ion setelah lari berkilo-kilo meter!"
"Hmmm?" Bianca yang tengah menyesap jus oranye menghentikan hisapannya "ahhh, Daddy selalu memesan satu minuman saat bertemu denganku, aku menjadi kesal dan ingin menyeruput semuanya!" Ketus Bianca mencebik
Tn. Rajata terkekeh "oranye jus pesanan mu, ada di sana! Kenapa kamu selalu mencari alasan untuk merebut minuman Daddy?"
Bianca mengalihkan pandangannya sedikit ke kiri dan menemukan minuman yang sebelumnya di pesan sang mertua untuknya "ahhh, tidak tau kenapa, ini lama-lama menjadi kebiasaanku!"
"Hmmm, sekarang kamu punya suami, Daddy pikir kamu akan lupa kebiasaan itu!"
"Aisshhh, Daddy bicara seolah Daddy adalah pria yang ditinggalkan, padahal semua ini karena Daddy!" Sungut Bianca menyela "dia anak Daddy juga, kenapa harus terdengar seperti orang yang di campakkan begitu!"
"Haha, Kalian bahagia?" Tanya Tn. Rajata membuat Bianca tersendat minumannya sendiri
"Hukhukhuk, ahhkkhh Daddy, pertanyaannya kenapa sensitif sekali?" Gerutu Bianca sambil membersihkan mulutnya dengan tisu yang tersedia di atas meja
"Sudah 1 bulan lebih, apa itu masih menjadi pertanyaan sensitif? Apa itu artinya kamu sedang menjelaskan, bahwa kalian masih belum dekat sama sekali?" Tuding Tn. Rajata
"Yaaak, bukan, bukan begitu, hanya saja. Noe terlalu menutup diri, aku jadi bingung, kenapa dia seperti itu pada wanita?" Tanya Bianca yang membuat yang di tanya hanya diam dan langsung bungkam " Tapi aku akan berusaha, aishhhh, kenapa pembicaraan kita selalu seperti ini?" Kesal Bianca di ujung kalimatnya
"Hmm, Daddy harus benar-benar memastikan, apakah keputusan Daddy benar atau tidak! Kalian bisa mundur kapanpun kalian mau!"
"Daddy, bicara apa? Mundur? Apa artinya seumur hidupku yang sudah berlalu, kalau aku akhirnya akan menyerah dalam waktu 1 stengah bulan saja?"
"Yah, maafkan Daddy yang salah bicara! Ini semua kesalahan Daddy, harusnya Daddy juga mempersiapkan Noe untukmu, tapi Daddy malah memberikan kebebasan untuknya dan malah memaksakan dia menerimamu!"
"Tidak apa-apa! Aku akan marah kalau pada akhirnya Daddy gagal membuat aku menikah dengannya!" Ketus Bianca ingin mengurangi rasa bersalah mertuanya itu
"Bianca, sebesar apapun kamu mencintai Noe, Daddy tau kamu tidak sepenuhnya ikhlas dengan apa yang kamu jalani saat ini, jika ini untuk pengabdian, jangan mengabdi sampai kamu rela mengorbankan kebahagiaanmu sendiri!"
"Daddy, siapa saja, akan membutuhkan waktu untuk menerima perubahan dalam hidupnya, apalagi perubahan itu sangat berpengaruh, aku mengerti, Noe pasti akan berusaha menerimaku, ini bukan karena pengabdian pada Daddy, anggap saja aku sedang memperjuangkan cintaku!" Terang Bianca dengan dangan tegas
"Ini yang membuat Daddy sangat menyayangimu, kamu bukan orang yang mudah untuk menyerah!" Puji Tn. Rajata
"Daddy lupa aku ini siapa? Atau Daddy sudah membuangku? Aku akan minta pasukan khusus untuk menyerbu Daddy kalau itu terjadi!" Ancam Bianca sambil merengek
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine
Romansa"Wanita, kamu dengar. Sekalipun kamu bisa masuk ke perusahaanku, itu hanya sekedar untuk menunjukkan bahwa aku masih menghargai orang tuaku! Jangan sampai kamu besar kepala!" Ketus Noe tepat di depan wajah Bianca Bianca menelan salivanya kelu, ia me...