"Dad!" Gumam Noe di tengah tidurnya yang terlihat gelisah, seluruh tubuhnya di banjiri keringat meski saat itu pendingin ruangan sudah berada di suhu 24 derajat, bahkan ia tak menggunakan atasan dan tidur dalam keadaan telanjang dada "Dad!" Lagi-lagi mulut Noe terbata memanggil nama itu, mulutnya terasa sangat berat untuk mengucapkan sepatah kata saja "DADDY!" suara Noe makin keras membuat Bianca terbangun "DADDY!"
"Noe, kamu mimpi buruk?" Bianca mencoba membangunkan Noe namun gagal, suara Noe semakin keras dan tubuhnya menngelinjang liar "Noe, bangun!" Bianca menepuk pipi Noe dengan keras, Noe sepertinya mengalami kram tidur dan sulit untuk bergerak dan bernafas "Noe, Noe!" Bianca mulai cemas dan bahkan ia menepuk pipi Noe lebih keras lagi
"DADDY, hiks!" Noe terisak sembari terbangun dari tidurnya, nafasnya memburu, ia menatap cemas wajah Bianca yang kini beraa tepat di atasnya
"Hei, kamu baik-baik aja?" Tanya Bianca terlihat cemas
"Bai, Daddy....Daddy kritis, aku harus melihatnya!" Ujar Noe dengan nafas memburu, ia segera bangkit dari posisi tidurnya kemudian turun dari tempat tidur
"Noe, kamu mau ke mana?"
"......" Noe tak menggubris, ia buru-buru berjalan ke arah pintu dan keluar begitu saja tanpa memakai atasan, hanya sehelai boxer yang melekat di tubuhnya, sementara Bianca menatalnya bingung, tanpa pikir panjang ia segera menyambar kimono miliknya kemudian menyusul Noe yang entah ke mana tujuannya itu
"Noe, kamu mau ke mana?" Bianca menyahuti Noe dari anak tangga paling atas, terlihat Noe sudah berada di tangga paling bawah dan terus berjalan ke arah kanan ruangan, di mana kamar Daddynya berada "aishhhh" Bianca mengumpat kesal dan terpaksa mengikuti Noe, ia menarik ikatan kimononya agar lebih juat lagi kemudian menuruni tangga dengan hati-hati, harus hati-hati, karena sekali terpeleset maka masa depan buah hatinya akan hancur
###
Sementarata itu, Noe terus bergegas menuju ruang rawat Tn. Rajata yang terletaj tepat di sebelah kamar utama, nafasnya memburu, matanya memancarkan kekhawatiran yang begitu besar
"Daddy harus bertahan!" Noe bermonolog sendiri dan terus bergegas mendekati pintu kayu besar di depannya itu
Ceklek!"Daddy!" Teriakan Noe memenuhi ruangan besar itu, membuat seseorang yang berada di dalamnya terpelongoh kaget
"Noe, kamu kenapa?" Suara lembut Ny. Kim menyapa telinga Noe, Noe segera mencari keberadaan sang empunya suara itu yang tengah duduk di sofa sudut ruangan
"Mi! Gimana keadaan Daddy?" Noe segera mendekati Ny. Kim dan duduk di sebelahnya, bertanya dengan raut cemas
Tangis Ny. Kim pecah lalu memeluk tubuh kekar putranya itu dengan erat "hiksss Apa yang kamu bicarakan, Sayang? Kamu lupa kalau Daddy udah nggak ada?" Tanya Ny. Kim dengan lembut sambil mengecup pucuk kepala Noe sekilas
"Mi? Aku liat Daddy kritis, Daddy kritis, Mi! Kita harus panggil Om Evan!" Noe masih saja meracau tak jelas, ia masih belum 100% sadar dari mimpinya
"Noe, liat Mami!" Tegas Ny. Kin menangkup wajah Noe agar melihat wajahnya dengan jelas "Kamu lupa Daddy meninggal 3 hari yang lalu? Hikssss Daddy udah gak sama-sama kita lagi!" Penjelasan Ny. Kim membuat Noe terdiam, air matanya lolos begitu saja mengucuri pipinya, ia semakin memeluk sang ibu dan menyandar di dada yang terus naik tutun karena terisak
"Noe, Mami!" Suara Bianca membuat keduanya jengah, Bianca berdiri di dekat pintu sambil terus memegangi kimono bagian dadanya dengan erat, ia melihat anak dan ibu itu tengah menangis haru dan saling menumpahkan rasa sedihnya
"Bi? Kamu kenapa ke sini, Sayang?" Ny. Kim menormalkan suaranya, menghapus air matanya dengan cepat agar Bianca tak ikut sedih bersama mereka
"Hm, aku rasa, Noe mimpi buruk, dia bangun dan terus lari sambil memanggil Daddy!" Terang Bianca dengan ragu, ia melihat Noe yang terus membenamkan wajahnya di pelukan Ny. Kim
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine
Romance"Wanita, kamu dengar. Sekalipun kamu bisa masuk ke perusahaanku, itu hanya sekedar untuk menunjukkan bahwa aku masih menghargai orang tuaku! Jangan sampai kamu besar kepala!" Ketus Noe tepat di depan wajah Bianca Bianca menelan salivanya kelu, ia me...