Part ini sangat pendek dan biasa saja
Semoga aja bisa membuat para pembaca terhibur dan sukaHappy reading
Hari kematian Tn. Rajata
Noe diam duduk di bawah tempat tidurnya, ia terpekur menatap jauh ke seberang balkon, rasa tak percaya, dan masih belum siap kehilangan sosok Ayah, membuat Noe sulit untuk bisa menerima kenyataan bahwa laki-laki itu sudah pergi jauh meninggalkan mereka, kini beban di pundaknya semakin berat, memimpin Ibu dan 2 orang saudarinya, entah Noe akan sanggup atau tidak, memimpin rumah tangganya saja sudah gagal dalam waktu 11 bulan, apalagi memimpin keluarga?
Tok tok
Ketukan pintu membuat lamunan Noe terhenti, ia sedikit menolehkan wajahnya ke kanan sebagai tanda sambutan untuk siapapun yang masuk ke kamarnya"Papa baik-baik saja?" Suara lembut B membuat Noe sedikit merasa tenang, sudah lama ia tak mendengar B bertutur lembut seperti itu
"Ya, Papa baik-baik saja!" Noe tetap di posisi duduknya di lantai membiarkan B mendekatinya
"Apa Papa yakin, Opa akan di makamkan hari ini juga?" Tanya B dengan ragu, ia ikut duduk di sebelah Noe
"Opa sudah jelas pergi untuk selamanya, apa lagi yang kita tunggu, semakin lama Opa di rumah akan semakin besar luka yang semua orang rasakan!"
B meraih tangan kanan Noe yang terjuntai begitu saja di lantai, membuat Noe menatapnya jengah dan penuh tanda tanya "Pa, aku yakin, Mama akan datang, meski dia tidak menghubungiku, dia butuh 15 jam untuk pulang, bisakah Papa menunggunya?" B memohon dengan sungguh-sungguh, entah apa alasannya hingga ia mau memohon seperti itu
"B, itu belum pasti, bahkan dia tidak pernah ingin menemui Opa meski Opa memohon!"
"Pa, aku yakin, Mama pasti datang!" B semakin memohon membuat Noe sulit untuk menolak permintaannya
***
Kembali ke keadaan sekarangNoe membawa Bianca ke Benteng Shield, tak peduli dengan pandangan orang yang melihat, ia terus menggendong tubuh lemah Bianca menuju kamarnya,
Noe meletakkan tubuh Bianca dengan pelan, meski masih berlumuran tanah dan kotor, Noe tak tega membangunkannya untuk sekedar menukar pakaian, Bianca benar-benar tertidur di mobil selama perjalanan menuju Benteng
Noe menatap lekat wajah Bianca yang merah dan sembab karena kebanyakan menangis, entah seperti apa wanitanya melewati hari, ia sungguh tak mengerti, imunitas tubuh Bianca benar-benar sangat lemah dan mudah terkontaminasi, terlihat dari keadaannya saat ini, padahal tidak melakukan pekerjaan berat, namun tubuhnya menjadi lemah seketika, entah itu karena pengaruh emosinya yang buruk dan pikiran yang terkuras atau hal lain sebagainya
Noe bergerak pelan dari tempat tidur, ia bergerak pelan menuju kamar mandi, mencari handuk kecil dan seember air, ia duduk kembali di tepi tempat tidur, dibasahkannya handuk ke dalam ember yang berisi air, kemudian ia usap kulit tangan Bianca untuk membersihkannya, Noe melakukannya dengan lembut di seluruh tubh Bianca
###
2 jam kemudian
Bianca membuka matanya perlahan, ia mengerjap berkali kali untuk menyesuaikan cahaya ruangan yang sangat menyilaukan matanya yang bengkak"Hooaaaamm!" Bianca menguap dengan suara keras, membuat sesuatu yang berada di sampingnya terbangun
"Kamu sudah bangun?" Maa Bianca melotot ia segera mendongak dan menemukan wajah Noe sangat dekat dengan wajahnya
Damn!
Ternyata dirinya sedang berada di pelukan Noe, Bianca tertegun, ia segera bangkit dari posisi tidurnya namun kemudian kembali masuk ke dalam selimut karena menyadari dirinya dalam keadaan telanjang, hanya memakai dalaman"Kkkke mana pakaianku?" Tanya Bianca gugup, ia terus menumpuk selimut untuk menutupi perutnya, rasa malu karena kini tubuhnya sudah berubah, tak lagi seindah dulu
"Aku buka, karena terlalu kotor!" Suara parau Noe terdengar sangat santai, ia kemudian duduk lalu turun dari tempat tidur
"Kapan kamu melakukannya? Kamu lancang!"
Noe menoleh ke arah Bianca dengan tatapan teduh dan pasrah "lancang? Apa mengurus Istri sendiri tidak boleh? Kammmu masih istriku saat ini, Meskipun kamu sudah tidak menginginkan aku lagi, aku akan terima, aku tau kesalahanku sangat fatal, karena itu aku merasa malu untuk memohon agar di maafkan" penuturan Noe seolah batu besar yang menghantam dada Bianca hingga rasanya begitu nyeri dan sulit untuk membuatnya bernafas normal "tapi bukan berarti aku tidak berharap kamu kembali, aku hanya tau diri, dan menghargai kamu! Aku rasa aku menghinamu jika berani mengatakan cinta, karena aku sangat hina!"
insecure
Apa ini salah satu trik Noe untuk menjeratnya lagi?saat ini Bianca benar-benar menjadi orang yang sangat sulit untuk percaya laki-laki, terutama menpercayai NoeGlek!
Tiba-tiba saja, perut Bianca berkedut membuat dirinya nyeri, cabang bayinya seolah meronta saat ini, hal yang sering terjadi, setiap kali ia merindukan Noe, ataupun ketika ia melihat Noe lewat siaran televisi, apakah itu yang dinamakan kontak biologis? Namun kali ini tendangan bayinya begitu kuat seolah menjadi kebalikan dari tingkah Bianca yang sangat cuek"Boleh, aku menciumnya?" Pinta Noe dengan pelan, Bianca segera menoleh Noe dengan tatapan jengah, apakah itu karena isyarat hati Noe? Sulit dipahami "Baiklah, aku akan pulang!" Noe segera membalik tubuhnya menghadap pintu dan benar-benar berniat untuk pulang karena Bianca tak memberinya izin untuk merasakan bayinya, meski saat Bianca tidur ia melakukan itu namun rasanya belum terasa cukup untuk melepaskan rindu
"Noe!" Panggilan Bianca menghentikan langkah Noe, ia berbalik badan menatap Bianca dengan tanda tanya "Bukannya kamu ingin menciumnya? Sepertinya dia mau!" Bianca cukup segan untuk mengatakan itu, namun memang benar Bayi itu terus bergerak tak teratur saat ia mengabaikan Noe begitu saja
Senyuman manis terpampang jelas di wajah Noe, ia segera berlari mendekati ranjang kemudian memeluk Bianca dengan rasa haru "terima kasih!" Ucapnya sambil menggigit bibir bawahnya yang bergetar, rasanya ia berubah lebih rapuh setelah bertemu Bianca di banding saat ia sedih kehilangan Ayahnya
Noe perlahan menurunkan wajahnya ke perut Bianca yang sudah membuncit berkali lipat di banding biasanya, ia mengusap lembut perut yang terasa hangat itu meski dari balik selimut tebal, wajah Noe kembali mendongak menatap Bianca, seolah meminta izin untuk membuka selimut tebalnya, namun Bianca hanya menggigit bibir bawahnya merasa malu, namun tak menolak, perlahan Noe menarik selimut itu dengan pelan dan perlahan menampakkan kulit tubuh Bianca yang masih terlihat kencang dan mulus
Mata Noe berbinar, senyumannya kembali merekah, namun terlihat getir, saat melihat gundukan besar perut Bianca secara langsung, tanpa sehelai benangpun sebagai penghalang
Cup!
Bianca memalingkan wajahnya ke samping kiri saat kecupan Noe berlabuh di sisi kanan perutnya, terasa lembut dan hangat, membuat hormon seksual Bianca meningkat pesat dan mati-matian berusaha di tahannya, jangan sampai pertahanannya roboh hanya karena sikap baik Noe yang masih belum meyakinkan***
Kasih pendapat kalo ending pertemuannya kurang dapet yah
Soalnya bingung banget mau bikin Bianca cuek banget ato Noe makin berharapAto mau bikin Bianca berharap dan Noe mulai ga pede karena merasa hina
Pusing
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine
Romance"Wanita, kamu dengar. Sekalipun kamu bisa masuk ke perusahaanku, itu hanya sekedar untuk menunjukkan bahwa aku masih menghargai orang tuaku! Jangan sampai kamu besar kepala!" Ketus Noe tepat di depan wajah Bianca Bianca menelan salivanya kelu, ia me...