[S2] Our Memories

634 93 24
                                    

"Kau yakin dengan ini, Wakatoshi?"

"Saya yakin."

Pria baruh baya berkacamata itu menghela napas menerima dan melihat kembali dokumen perjanjian yang sudah ditandatangani Ushijima.

"Aku benar-benar turut prihatin atas apa yang terjadi padamu." Ujar Coach Saito. "Apa [Name] sudah baik-baik saja sekarang?"

Ushijima mengangguk. "Ia sudah menerima vaksin dan sudah melaksanakan tindakan kuretasenya. Ini masih dalam masa pemulihan. Itu sebabnya saya rasa, saya tidak bisa meninggalkannya sendirian lagi setelah ini."

Coach Saito terharu. "Wakatoshi sekarang jadi bucin ga kaya dulu pas SMA dinginnya ngelebihin kutub utara!"

"Hehe, sejak ketemu istri saya juga udah langsung jadi bucin Pak sampe sekarang."

.
.
.


[Name]'s POV

Mataku terbuka dan mengedar keseluruh ruangan mencari keberadaan satu sosok tinggi besar berambut hijau disampingku.

Hei, yang kucari bukan genderuwo tapi sosok suami. Tapi kayaknya bakal lucu kalo Wakatoshi-kun didandani mirip genderuwo.

Masih terasa sedikit nyeri dan kram dibagian bawah sana. Ya, aku ingat sekali dengan tindakan kuretase yang baru saja kujalani.

Seorang perawat datang dan masuk untuk memberikan suntikan obat.

"Apa Anda butuh bantuan Nyonya?"

Aku yang sudah bangun duduk itu meninggikan bagian Bed rumah sakit untuk menyenderkan punggungku hanya menggeleng.

Dengan hati-hati perawat itu menyuntikkan cairan dalan IV ditangan kiriku.

"A-ano, apa kau tahu perginya suamiku?"

"Oh, Tuan Ushijima tadi berpesan kalau dia akan keluar untuk menemui seseorang. Tapi tidak memberitahu akan pergi kemana." Jelasnya.

Aku mengangguk mengerti.

"Anda akan segera dipindahkan ke ruang perawatan biasa setelah hasil uji laboratorium menyatakan status Anda negatif. Paling cepat adalah nanti malam."

Aku mengangguk sembati tersenyum. "Terimakasih."

Usai melaksanakan kewajibannya perawat itu pamit dan keluar dari ruangan.

Aku berbaring menatap ke arah langit-langit. Hingga berbagai macam memori terputar dalam kepalaku.

Aku, dengan nama lahir [Name] Navier, anak perempuan yang bahkan tidak diharapkan kelahirannya oleh Ayahnya sendiri. Ditinggal mati oleh Ibunya diusia yang bahkan belum genap 2 tahun. Menerima berbagai kekerasan mental sejak usia 3 atau 4 tahun.

Aku tak mengerti kenapa Ayah dulu begitu jahat padaku. Apa karena aku terlahir perempuan? Apa karena aku lahir dari istri kedua?

Haha, pertanyaan kedua begitu tidak mungkin karena Izana dan Saudara Kembar lelakiku menerima begitu banyak cinta dalam hidup mereka sejak mereka menghirup udara dunia untuk pertama kalinya.

Sejak usia 7 tahun, aku tertarik dengan dunia archery karena anak tetanggaku. Dan aku menjadikan itu sebagai hobi baruku dan sebagai alat meluapkan amarahku. Yaahh, meski sempat secara sengaja aku memanah seekor kucing persia betina milik Nenek Margaret hingga mati.

Mengerti itu, Jayden dan Mikael begitu khawatir. Mereka khawatir jika kebencianku hingga meluapkan amarahku pada hewan milik tetangga dapat mengubahku menjadi seorang psikopat. Akhirnya keduanya sepakat secara diam-diam membawaku ke psikolog dan mendapatkan penanganan medis yang layak. Meski begitu aku harus mengonsumsi obat penenang sejak usiaku yang belum genap 8 tahun.

[END] USHIJIMA FAMILY : Book 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang