"Yuki, semua dokumenku sudah dibantu urusannya oleh ojiichan. Ojiichan ke Jepang BTW. Jadi kita ketemu di pusat kota Miyagi saja bagaimana? Oniichan sudah menjemput di bandara sana."
Yuki menghela napas. "Kenapa merubah jadwal seenak jidatnya sendiri, sih?"
Mitsuki yang sedang memakan popcornnya sembari menonton netflix itu menatap kearah Yuki. "Kenapa? Taka ngajak berantem lagi?"
"Tidak. Rencana awal kita bertemu di Tokyo sambil menunggu dia mengurus dokumen lain. Tidak tahunya sudah dibantu oleh Kakek. Jadi dia langsung ambil penerbangan ke Miyagi." Jelas Yuki.
Mitsuki menepuk kepala Yuki dan menarikmya dalam pelukannya. "Kalau begitu akan kubantu mengemasi kopermu malam ini. Kau sudah memesan tiketnya, kan?"
"Hmm." Gumam Yuki sembari menganggukan kepalanya.
Keduanya larut dalam pikiran masing-masing, sudah 3 hari mereka pacaran namun Mitsuki kadang masih begitu malu-malu untuk melakukan kontak fisik dengan Yuki.
"Tsuki?" Panggil Yuki. "Kau akan menyusul, kan?"
"Akan kuusahakan. Tapi aku tidak bisa janji, ya?" Jawab Mitsuki dibalas dengan anggukan Yuki.
.
.
."Kenapa Ayah tidak pulang ke Jepang saja? Ayah punya aku disini. [Name] juga tidak mempermasalahkan, kok."
Ushijima yang duduk di sebuah kursi di balkon lantai dua sembari menelepon Utsui.
"Ayah masih punya Apartemen sendiri di Miyagi. Rasanya tidak enak jika tinggal bersama dengan kalian. Jangan khawatirkan Ayah."
Ushijima mengacak rambutnya. "Bukankah wajar jika aku, anak semata wayangmu mengkhawatirkan Ayah begini. Hanya Ayah orang tua yang kupunya. Apa salahnya jika aku merawat Ayah sekarang?"
Terdengar suara kekehan diseberang telepon. "Terimakasih. Akan Ayah pikirkan kembali. Aku akan kesana bulan depan dengan Taka."
"Akan kupesankan tiketnya. Minimal Ayah harus dapat tiket kelas bisnis, jangan ekonomi."
"E-Eh!!? Tidak perlu, Ayah akan pesan sendiri. Ini hanya tinggal bayar, kok."
"Kalau begitu mana kode bookingnya biar Toshi bayarkan. Sebelum itu ubah pesanan ke kelas bisnis." Ujar Ushijima sedikit mendesak.
Utsui menghela napasnya. "Baiklah. Kalau begitu akan Ayah tutup dan akan Ayah kirimkan kodenya padamu. Titipkan salam Ayah pada [Name], ya?"
"Baiklah. Sampai nanti, Ayah."
Ushijima menutup panggilan teleponnya. [Name] yang membawakan beberapa camilan untuk suaminya itupun duduk disamping Ushijima sembari mengupas apel.
"Apa Ayah mau tinggal bersama kita?" Tanyanya.
"Masih ngotot untuk tinggal sendiri. Padahal ia sudah berusia senja begitu."
[Name] menghela napas. "Sabar sedikit. Jangan terlalu keras. Akan kubantu bicara nanti."
Ushijima nampak tersenyum. Ia mengulurkan tangan kekarnya ke dagu [Name], dan ditariknya lembut wajah ayu nan pucat itu kearahnya.
Satu kecupan manis mendarat tepat di bibir [Name].
"Terima kasih. Mohon bantuannya, ya, Nyonya Ushijima."
"Serahkan saja padaku."
Ushijima melahap apel yang sudah [Name] kupas. Hingga [Name] teringat sesuatu. "Hayato kemana, Wakatoshi-kun?"
"Oh? Hayato tidak memberitahumu?" Ushijima menelan apelnya terlebih dahulu. "Dia bilang ada acara sebentar dengan beberapa teman lamanya. Jadi mobil dia yang bawa. Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] USHIJIMA FAMILY : Book 2
RandomKehidupan menjadi orang tua baru bagi 3 orang anak. Apakah keduanya bisa membesarkannya? Masalah apa yang akan menimpa kehidupan rumah tangga mereka? Tidak ada yang tahu. 2nd Book From Ushijima Family