Act 4.0

720 119 15
                                    

Siapa yang mengira kalau jatah Levi dan [Name] itu sulit. [Name] berhasil menembak jarak jauh dan mengenai tepat dikepala target. Namun satu target lolos.

Levi dan [Name] mengejar, namun siapa sangka bahwa Marco berhasil menahan Mikael dan Izana.

[Name] mengepalkan tangannya erat-erat. "Sialan!"

Levi juga melaporkan situasi ini pada Erwin. [T/N] dan Jayden aman di pangkalan militer Polandia.

"Levi, jangan kalian urus kami disini. Bawa [Name] kembali ke Jepang." Ujar Jayden pada telepon. "Ada orang yang menunggu kalian di bandara."

"He? Sejak kapan?" Tanya [Name].

"Tak perlu banyak tanya [Name]. Paspormu sudah dicekal dimana-mana. Marco melawan kita dengan membuat berita bohong pengkhianatan. Kau harus masuk ke Jepang. Aku sudah dapat bantuan dari salah satu perusahaan rekan dekat disana."

"Satu perusahaan? Rekan dekat?" [Name] berpikir kembali. "Perusahaan Keluarga Akashi? Punya bapaknya Akashi Seijuro, kan?"

#lahh.. kemarin MM yang nyasar, sekarang KNB...

Terdengar Jayden menghela nafas. "Sudah tak perlu banyak tanya kau ini! Pergilah sebelum terlambat!"

.
.
.

Sesuai dengan dugaan, memang ada beberapa orang rahasia suruhan Jayden menunggu [Name] dan Levi. Dan juga ada hal lain yang membuatnya mengerutkan dahi.

"Apa yang kau lakukan disini, Wakatoshi-kun? Diluar sangat berbaha—"

Belum sempat [Name] melanjutkan kalimatnya, Ushijima menghampiri dan memeluk [Name].

"Yokatta! Aku begitu khawatir tak mendengar kabarmu!" Ujarnya.

[Name] hanya diam membisu tanpa memberikan jawaban apapun. Ushijima masih sibuk memeriksa keadaan [Name].

Levi sedikit risih melihatnya. "Baik-baik. Aku tahu kau mengkhawatirkannya tapi tolong jangan ganggu fokus kami!" Ujarnya ketus seraya menarik lengan [Name].

Manik [Name] menatap Levi.

"Jangan berlebihan aku hanya–" ujar Levi seraya menatap balik.

"Apa kau cemburu, huh? Sepertinya kau kesal sekali." Goda [Name]. "Yakin mau dengan janda anak 3?"

Pipi Levi merona. "Tck! Apa sih!"

[Name] makin semangat menggoda. "Hei, aku ini janda rasa perawan, loh!"

Levi menutup matanya dengan telapak tangan. "Kau benar-benar menyebalkan, ya? Tapi..."

"Cantik juga." Ujar Levi dengan lirih.

"Ap-apa tadi? Aku tak dengar?" Tanya [Name] tak dengar

Levi menepuk kepala [Name]. "Hei anak pendek, dengarkan aku. Ingat-ingat 3 tanda ini."

Manik [Name] melirik kearah tangan Levi.

"Jika aku mengepalkan tanganku, kau harus berhenti (✊🏻). Kalau membuka telapak tanganku dengan jari rapat, artinya kau harus berjalan kearahku (🤚🏻)." Jelas Levi seraya memberikan petunjuk.

[Name] mengingat itu dengan baik. "Baiklah, aku mengerti."

"Dan satu lagi, jika aku membuka telapak tangan dengan jempol yang memisah berarti kau harus menunduk. (✋🏻). Sekarang praktekan"

[Name] mengernyapkan maniknya. "He? Menunduk bagaimana?"

Levi memberi arahan pada [Name] mempraktekkan sinyal tangan buatan Levi untuk mempermudah komunikasi. Hingga saat bagian menunduk, [Name] dengan begitu polosnya menunduk atau bisa dibilang berjongkok.

[END] USHIJIMA FAMILY : Book 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang