Seorang gadis bersurai sedikit kelam itu merengek pada Ayahnya.
"Kenapa kita harus kemari, Papa? Ini begitu menyakitkan bagiku."
Pria dewasa bersurai kecokelatan itu membenarkan kacamata sembari menarik gadis itu pergi keluar melalui lobby hotel.
"Papa juga sebenarnya malas, Aileen. Tapi rasa penasaran Papa juga begitu besar bagaimana perkembangan shiratorizawa dibawah asuhan Sapijima. Belum lagi anaknya juga masuk di tim sana."
Aileen, hanya bisa berdecak kesal. Oikawa tidak sendiri, ia bertemu dengan beberapa rekannya dulu seperti Iwaizumi, Matsukawa, dan Hanamaki. Namun Iwaizumi tidak sendiri, seorang dari timnas juga ikut bersamanya. Tidak lain dan tidak bukan adalah Kuroo Tetsuro, ia begitu tertarik untuk mengambil Hayato sebagai kandidat kuat dalam timnas voli U-19.
Set demi set, serangan demi serangan membuat para penonton begitu terpesona.
"Setter dump!!!! Lihat bagaimana piawainya Ushijima Hayato mempermainkan pertahanan lawan!!"
Iwaizumi menyunggingkan bibirnya. "Muridmu lumayan juga."
"Tidak. Dia sudah terlahir dengan bakat itu." Timpal Oikawa. "Bukankah itu begitu menyebalkan? Dia lebih mirip dengan Tobio dimataku."
Kuroo bangkit dari kursinya membuat Iwaizumi bertanya-tanya. "Mau kemana, Kuroo-san?"
"Aku sudah membulatkan tekad. Akan kubuat anak itu masuk timnas kali ini." Ujar Kuroo. "Aku pergi dulu, Iwaizumi-san, Oikawa-san."
Aileen menatap malas kearah Papanya. Aileen tahu Oikawa begitu kesal dan terkadang sering berkata jahat pada Hayato, tidak lain dan tidak bukan karena ia anak rival abadinya, Ushijima Wakatoshi. Tapi dalam hati Oikawa memiliki rasa tertarik yang tidak bisa dijelaskan.
"Papa bilang permainannya bagus? Padahal kondisinya seperti bukan Hayato saja. Dia sedang banyak tekanan." Batin Aileen, lalu ia menggelengkan kepalanya. "Aileen bodoh! Kenapa malah memperhatikan Hayato terus, sih!! Ayo move on!"
.
.
."Tidak check up lengkap saja, [Name]? Aku takut ada komplikasi."
[Name] yang menerima telepon dari Stephani sambil tanda tangan dokumen itu hanya mengangguk.
"Aku belum ada waktu, Kak. Lagipula setelah tidur aku bugar kembali, kok. Tak ada yang perlu dikhawatirkan."
"Tapi aku dan Mikael khawatir loh! Kau sering mimisan begitu. Maaf saja tapi aku takut ada tumor atau kanker atau yang lainnya. Apalagi kau pernah konsumsi obat penenang sejak muda, kan?"
[Name] menghela napas. "Aku paham, kak. Terimakasih. Tapi sungguh aku tidak apa-apa. Aku juga akan mendiskusikan ini dengan Wakatoshi."
"Harus cek lengkap! MRI, CT-Scan, USG, tes urine, tes darah, semuanya! Mengerti?"
"Siap, Bos!! Ngomong-ngomong, Keenan bagaimana? Apa lancar urusannya? Kata Hannah kemaein sempat tabrakan lagi sama Jayden, ya?"
Terdengar suara helaan napas berat diseberang telepon [Name]. "Iya, Jayden minta Hannah pulang. Tapi Keenan menolak, bahkan dengar-dengar Jayden minta Sophia rujuk lagi."
"Hah!! Maksudnya apa sih itu laki!?"
"Entahlah, tapi kurasa Keenan bisa mengatasi sendiri. Istirahatlah yang cukup, [Name]. Aku masih ada urusan setelah ini. Aku tutup dulu, ya? Kabari aku nanti."
"Baik, Kak. Sampai nanti."
[Name] mematikan panggilan ponselnya lalu meletakkan ponselnya di meja kerjanya. Darah di hidungnya mengalir kembali setelah 4 hari yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] USHIJIMA FAMILY : Book 2
RandomKehidupan menjadi orang tua baru bagi 3 orang anak. Apakah keduanya bisa membesarkannya? Masalah apa yang akan menimpa kehidupan rumah tangga mereka? Tidak ada yang tahu. 2nd Book From Ushijima Family