Shiratorizawa berhasil menuju Turnamen Nasional mewakili prekfektur. Setelah sekian lama sering kalah dari Karasuno, Shiratorizawa mendapatkan posisinya kembali.
Februari awal, malam di gymnasium Shiratorizawa, Hayato dan rekannya sedang asyik memakan cokelat homemade yang begitu banyak.
Ushijima yang baru saja selesai ikut rapat guru itu mengerutkan kedua alisnya.
"Hayato!! Bisa-bisanya kau makan cokelat sebanyak ini? Kita maju nasional besok! Dapat dari mana kalian?" Teriak Ushijima.
"Aku dapat 15 coklat di loker, 8 orang memberiku secara langsung. Lalu ada 2 orang lagi kemari memberiku cokelat 10 menit yang lalu." Jelas Hayato.
"Kau ini populer sekali dikalangan wanita." Ushijima menggelengkan kepala. "Papa tidak mau tahu kalau kau mengalami kenaikan berat badan setelah ini."
Hayato hanya merengut dan mengunyah cokelatnya. "Bodo amatlah!"
Ushijima mengeluarkan aura gaharnya membuat anak tim Shiratorizawa tersedak.
Salah seorang rekannya, Iwanabe (Libero), membela. "A-Ano, Coach, sebenarnya Hayato sudah galau sebulan lebih sejak kami masuk final lalu."
"G-Galau?" Tanya Ushijima.
"Tak usah dipikirkan. Akan kuurus sendiri." Hayato menatap Ushijima.
Anak tim berbisik satu sama lain bergunjing di depan Hayato secara langsung.
"Omong besar sekali mau bilang mengurus sendiri."
Seorang lagi mengangguk. "Benar, padahal kemarin nangis-nangis di telepon."
Hayato tak menanggapi. "Ngomong-ngomong, Papa mau kasih apa ke Mama?"
"Oh? Memangnya kenapa?"
Anak-anak tim Shiratorizawa menepuk keningnya setelah mendengarkan jawaban Ushijima.
Hayato tersentak, "Paps! Ini Valentines Day!!!"
Tidak ada angin tidak ada hujan, Ushijima bagaikan tersambar petir ilahi setelah mendengar jawaban Hayato.
"Bagus! Aku lupa menyiapkan apapun." Gumam Ushijima sembari duduk bersama anak didiknya.
"Lebih baik Papa pulang besok saja. Aku takut pisau bedah Mama terbang melayang sendiri malam ini." Gumam Hayato.
Ushijima hening sejenak lalu bangkit mengambil tasnya. "Kalian istirahatlah! Aku harus segera pulang. Kita akan berangkat Tokyo besok pukul 10 pagi."
Hayato mengambilkan beberapa kotak cokelat yang masih utuh nan lucu dan membawakan itu pada Ushijima.
"Aku takut toko kue atau cokelat sudah tutup malam ini. Jadi bawa saja sebagian milikku, Pa!"
Ushijima mengacak rambut putra sulungnya. "Terima kasih!"
.
.
.Pukul 8 malam, Ushijima berdiri di depan pintu hampir selama 20 menit. Dengan rasa gugup Ushijima merapikan pakaiannya, bahkan sempat menyemprotkan minyak wangi. Mengecek dan berpikir kembali apakah 100 tangkai bouquet mawar merah dan satu kalung yang ia beli dadakan itu cukup untuk [Name]?
Ia ragu-ragu haruslah ia masuk sekarang atau nanti.
"Kalau masuk sekarang, aku takut ada pisau bedah yang menancap di pintu. Tapi kalau masuknya nanti-nanti, bisa-bisa bulan ini dikurangi 80% jatahku. Aduh tidak bisa biarkan! Bagaimanapun juga aku Pria dewasa yang butuh kepuasan rohaniah!" Batin Ushijima berkecamuk.
Ia memantapkan diri menekan tombol password dengan perlahan lalu masuk dengan mengendap-endap. Dadanya begitu berdebar. Satu sandal perempuan berhenti tetap didepannya. "Aduh! Mati aku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] USHIJIMA FAMILY : Book 2
RandomKehidupan menjadi orang tua baru bagi 3 orang anak. Apakah keduanya bisa membesarkannya? Masalah apa yang akan menimpa kehidupan rumah tangga mereka? Tidak ada yang tahu. 2nd Book From Ushijima Family