Sepasang suami istri itu saling berpandangan di meja ruang tengah malam itu.
"Sayang, kau yakin?"
[Name] mengela nafasnya kembali. Entah sudah berapa kali ia menghela nafas seperti itu.
Dengan mantap [Name] mengangguk. "Aku mengijinkanmu untuk ke Polandia, Wakatoshi-kun."
"Tapi bukankah minggu depan kau sudah mulai kuliah lagi? Bagaimana dengan anak-anak? Bahkan si kembar belum genap 3 bulan."
Ushijima menggeser tubuhnya dan meraba lembut pipi [Name].
"Sekarang bagaimana dengan dirimu, Wakatoshi-kun? Jika kau memang benar-benar ingin, maka itu keputusanku. Aku mengijinkanmu untuk pergi. Ibu juga sudah siap menjaga anak-anak saat aku pergi."
Ushijima tersenyum bahagia sekali. "Terima kasih." Tak lupa ia mengecup bibir manis [Name].
.
.
.Segala macam persiapan sudah Ushijima siapkan. Paspor, visa, dan dokumen penting lainnya. Ia akan berangkat beberapa hari lagi.
Lusa [Name] juga sudah siap kembali kuliah program spesialisnya.
"[Name], ini yakin?" Tanya Ushijima seraya membaca pengumuman di website kampus [Name].
"Yakin apanya?"
"Kupikir kau akan ditempatkan di MMC. Theresa lagi atau di rumah sakit umum lainnya. Kenapa ini di IRC Hospital?"
[Name] menggeleng. "Itu sudah keputusan kampus. Mahasiswa tidak bisa menganggu gugat."
"45 menit dengan kereta, [Name]. Satu jam dengan mobil sendiri. Progam spesialis bisa berjaga lebih dari 18 jam dirumah sakit. Kau benar-benar yakin?" Celoteh Ushijima.
"Kau meragukan kemampuanku atau apa?"
"Aku bukannya meragukan kemampuanmu, sayang. Tapi kau yakin setiap hari harus pulang tengah malam?"
[Name] menghela nafas. "Aku sudah bilang padamu sejak lulus SMA kalau perjuangan menjadi dokter itu tidak mudah dan cepat, Wakatoshi-kun. Dan ini hanyalah secuil perjalanan yang harus kulalui."
Ushijima duduk di kursi meja itu. "IRC Hospital.. bukankah itu rumah sakit swasta yang besar juga seperti MMC. Theresa?"
[Name] menggeleng. "Sepertinya tidak. MMC. Theresa didirikan dan dikelola oleh perorangan. IRC Hospital itu milik palang merah internasional. Namun keduanya juga bisa untuk masyarakat umum."
Suara gemuruh mulai terdengar diluar sana. Ushijima bangkit dan menutup jendela kamar pasutri itu.
"Selain itu, IRC Hospital itu rumah sakit pilihan militer." Tambah [Name].
"Militer?"
[Name] mendudukkan dirinya di pinggiran ranjang.
"Itu karena banyak pejabat militer elit yang mempercayakan nyawanya disana. Ditambah lagi fasilitas donor jauh lebih lengkap disana."
Ushijima menimpali. "Militer tidak hanya bertugas dalam negeri tapi juga bisa bertugas diliar negeri. Jadi saat ia terluka nyawanya sudah diasuransikan oleh palang merah internasional. Begitu?"
"Kau tidak sepenuhnya benar dan tidak salah juga. Berbeda dengan MMC. Theresa yang notabenenya adalah rumah sakit kepercayaan banyak pejabat elit pemerintahan. Itu adalah konsekuensi dari RS. Pusat saat membuka cabang disini. Dari sumber yang kuterima saat di Cloud Nine, MMC. Theresa juga mendapat banyak kendala yang diterima dari pemerintah." Tambah [Name].
Ushijima tersenyum. "Simbiosis mutualisme, ya? RS. Pusat menerima kemudahan mengurus perijinan pemerintah, namun pemerintah juga harus mendapatkan sebagian fasilitas MMC. Theresa."
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] USHIJIMA FAMILY : Book 2
RandomKehidupan menjadi orang tua baru bagi 3 orang anak. Apakah keduanya bisa membesarkannya? Masalah apa yang akan menimpa kehidupan rumah tangga mereka? Tidak ada yang tahu. 2nd Book From Ushijima Family