Chapter 19. Bukan Submissive

9.9K 804 20
                                    

Hari sudah mulai gelap. Saat ini, Madelyn sudah berada di dalam kamar apartemennya.

Madelyn menghela nafasnya pelan. Padahal seharian ini, ia telah merasakan perasaan yang jarang sekali ia rasakan.

Tentram.

Entah kenapa, sekarang perasaan tentram itu kembali pudar. Kenapa? padahal Marcel tidak sedang mengganggunya.

Mengingat tentang Marcel, Madelyn jadi kembali terdiam berpikir.

Semenjak Chris menemui Marcel, Madelyn belum berkomunikasi lagi dengan kakaknya itu. 

Sesungguhnya Madelyn ingin, ia ingin meminta Marcel untuk tidak melakukan apapun pada Chris, tapi Chris memberitahunya untuk tidak khawatir dan cukup percaya padanya.

Madelyn menghela nafasnya pelan.

Suatu saat nanti, jika Marcel benar-benar berhasil keluar dari penjara, apakah semua akan baik-baik saja seperti sekarang?

Ting!

Ponsel Madelyn berbunyi. Dengan cepat, Madelyn meraihnya

Apa itu Chris?? batinnya.

From : Vivian kantor
Madelyn, aku udah kirim file ke email kamu, tolong kerjain dan kirim ke aku malam ini

Madelyn membelalak.

Apa-apaan?!

Vivian memberinya pekerjaan ketika sedang diluar jam kantor??

Dasar cewek kambing! bati Madelyn sambil melempar ponselnya ke kasur.

Sejak siang tadi, perempuan bernama Vivian itu sudah menunjukkan ketidaksukaannya pada Madelyn. Ia terus menyuruh Madelyn ini itu hanya karena Madelyn masih bergelar anak magang.

Madelyn mengepal tangannya kencang.

Sialan.

Padahal Madelyn selalu merasa nyaman tanpa gangguan ketika magang di perusahaan Emery. Sekarang ia jadi tidak merasakan itu lagi.

Kenapa om Gabriel membiarkan cewek kambing itu kerja disana?! batin Madelyn kesal, meskipun ia tahu bahwa penerimaan karyawan tidak terhubung langsung pada Gabriel.

Madelyn menghela nafasnya kasar. Iapun mulai mengerjakan pekerjaannya sambil mengomel dalam hati.

***

Keesokan harinya di kantor.

Madelyn duduk dengan tidak tenang di kursinya.

Semenjak kehadiran Vivian di ruangan ini, Madelyn jadi tak bisa sesantai dulu. Perempuan itu sepertinya memang sengaja mengincar Madelyn sebagai korban suruh-suruhnya.

"Madelyn, fotocopy dong."

Benar saja. Baru ia pikirkan, perempuan itu sudah berulah.

Madelyn berjalan ke meja di sampingnya, ia mengambil lembaran kertas yang diberikan Vivian.

"Semuanya rangkap enam, jangan sampe ada yang kurang," ucap Vivian.

Madelyn mengangguk, kemudian berjalan pergi dengan raut wajah kesal.

Salah satu karyawan di dalam ruangan itu yaitu Nadira, melihat itu semua dan tersenyum geli.

Padahal selama ini Madelyn tidak pernah sekusut itu jika sedang disuruh oleh karyawan lain. Tapi kenapa ia seperti itu pada Vivian?

Apa mereka sudah saling kenal sebelumnya? batin Nadira.

***

Tak lama lagi, jam makan siang akan tiba.

MadelynTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang