Hari terus berganti. Lagi-lagi aktivitas di ruangan ini berjalan seperti biasa, komunikasi satu arah yang selalu menyelimuti.
Setiap orang yang datang selalu berusaha berinteraksi, namun yang didatangi tak banyak menunjukkan reaksi, atau mungkin tidak sama sekali.
Terhitung sudah hampir enam bulan berlalu. Waktu terasa berjalan begitu lama, terutama saat kita sedang menunggu sesuatu.
Perasaan itu dirasakan Naomi, seorang perempuan yang saat ini sedang duduk di hadapan puterinya, Madelyn.
Naomi baru saja selesai menggunting kuku tangan Madelyn, kini ia mengambil sisir yang sudah ia bawa, kemudian berjalan ke belakang untuk menyisir rambut Madelyn.
"Rambutmu udah panjang Madelyn, boleh mama potong gak sedikit?" tanya Naomi sambil menyisir.
Madelyn hanya diam. Kedua matanya menatap ke arah jendela, melihat cahaya terang yang tembus dari kaca.
"Tapi mama belum boleh bawa gunting kesini, jadi sekarang mama kepang dulu aja ya?"
Naomi mulai memisahkan rambut hitam Madelyn menjadi tiga bagian. Ia mulai menatanya dengan rapi dan menyamping.
Setelah beberapa menit, iapun selesai dan mengikat ujung kepangan tersebut.
Naomi kembali ke depan dan menatap wajah Madelyn. Ia menyentuh kedua pipi Madelyn yang pucat.
"Anak mama cantik banget ya," ucap Naomi sambil merapikan sisa rambut Madelyn di depan.
"Pantas aja Chris jatuh cinta sama kamu, udah baik, cantik pula, kurang apalagi?" ucap Naomi tersenyum.
Naomi mengusap pipi Madelyn. "Cepet sembuh ya-"
"Madelyn!! aku datang!!"
Naomi tersentak. Ia melihat ke arah pintu.
Rashila berdiri disana dengan senyumannya yang berbinar.
"Rashila, udah berapa kali saya bilang jangan teriak-teriak."
Dokter Nara yang berdiri di belakang Rashila mulai mengomel.
"Hehe, maaf dok, lupa," ucap Rashila.
Rashila berjalan mendekati Naomi dan Madelyn. "Bibi, Shila bawa makan," ucapnya.
Naomi tersenyum. "Makasih Rashila."
Dokter Nara kini ikut masuk ke dalam ruangan, bersama seorang suster.
"Kalau gitu kalian makan aja disini ya, kebetulan saya mau bawa Madelyn untuk terapi sebentar."
"Oke dok."
Suster tersebut mendekat. Ia mulai mendorong kursi roda Madelyn keluar dari ruangan.
Kini Rashla menyiapkan makanan yang ia bawa untuk dirinya dan sang bibi.
"Chris kok gak kesini ya?" tanya Naomi.
"Harusnya sih kesini, sekarang kan jadwal dia kesini," sahut Rashila.
Naomi mengernyit. Benar juga, Naomi ingat sudah beberapa hari Chris tidak datang.
"Rashila?" panggil Naomi.
"Ya?"
Kini Rashila memberikan kotak makanan untuk Naomi, keduanya duduk di sofa.
"Chris itu kan gak terlalu suka sama bibi, jadi bibi gak sering ngobrol sama dia."
Rashila yang mendengar itu terdiam.
Benar. Meskipun sudah dipastikan bahwa Naomi tidak ada hubungannya dengan semua tindak kekejian Marcel, Chris tetap belum bisa menerima Naomi sepenuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Madelyn
RomanceMadelyn adalah perempuan yang kuat, ia tidak suka terlihat lemah di depan orang lain. Namun entah kenapa, tiap berhadapan dengan laki-laki bernama Christian, seluruh kekuatannya seketika luntur? tubuhnya bergerak seolah ia adalah submissive? sesuatu...