Chapter 42. Reuni Keluarga

6.7K 634 33
                                    

"Udah makan siang?"

"Belum, gak selera."

"Kenapa?"

"Kangen cream soup buatan kamu."

Saat ini, Madelyn sedang video call bersama Chris. Madelyn duduk bersantai di bangku taman rumah sakit. Ia tak henti tersenyum menatap layar ponselnya.

"Cream soup buatan aku gampang kok, kamu bikin sendiri aja di rumah," 

"Gak ah, maunya buatan kamu."

Madelyn tersenyum geli. Ia refleks mengelus perutnya yang tak ia tunjukkan di layar ponsel.

"Sabar ya, sebulan lagi aku pulang," ucap Madelyn.

"Madelyn, besok weekend, apa aku benar-benar gak bisa berkunjung? sebentar aja, satu jam."

"Gak bisa Chris, kamu ingat kan kata dokter Nara? harus full satu bulan tanpa kunjungan orang, supaya hasil terapinya maksimal."

Chris menghela nafasnya kasar. Masih tidak terima akan hal tersebut.

"Coba aku tanya, apa setelah satu bulan ini, kamu udah ngerasain perubahan dari terapi disana?"

Madelyn tersenyum. "Udah, terasa banget kok," jawab Madelyn.

Madelyn tidak berbohong. Meskipun sangat berat harus menjalani masa hamil muda sendirian, di tempat yang terisolasi seperti ini, tapi Madelyn tetap senang.

Madelyn tak bis berhenti memikirkan Maura di dalam perutnya, mungkin itulah kenapa segala rintangan jadi terasa ringan.

Chris di layar ponsel kembali menghela nafasnya, kemudian ia tersenyum.

"Yaudah, kalau memang benar kamu merasa lebih enakan, aku rela kamu lebih lama disana," ucap Chris.

"Serius Chris? kalau lima bulan lagi boleh gak??" tanya Madelyn.

"Gila kamu hah?"

Madelyn menelan ludahnya. Ia tertawa geli.

"Enggak.. enggak.. bercanda," ucap Madelyn, meskipun sesungguhnya ia serius.

Madelyn menghela nafasnya. "Yaudah kalau gitu, aku mau balik ke kamar nih, kamu makan dulu sana," ucap Madelyn.

"Yaudah, nanti malam sebelum tidur video call lagi."

"Iya," jawab Madelyn.

Akhirnya Madelyn menutup panggilannya. Ia kini bersandar di kursi.

Madelyn melihat sekeliling taman rumah sakit. Ada beberapa pasien yang juga sedang menyendiri menikmati udara sejuk sepertinya, ada juga yang harus ditemani para perawat.

Madelyn tersenyum. Ia mengelus perutnya.

"Maura, kalau kamu udah lahir, ada banyak banget yang mau mama ceritain.." gumam Madelyn pelan.

"Tentang papamu, dan gimana perjuangan dia nyelamatin hidup mama dari kehancuran."

Madelyn tersenyum.

"Kalau bukan karena papa, mama mungkin benar-benar dirawat disini sekarang, dan yang paling parah, mungkin kamu gak pernah ada di dunia ini."

Madelyn menggigit bibirnya. Bisakah waktu berjalan lebih cepat? ia sudah tidak sabar melihat Maura.

"Madelyn??"

Madelyn sontak menengok. Ia melihat sepupunya yang berjalan ke arahnya.

"Rashila?"

MadelynTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang