Chapter 46. Berakhir Seperti Ini?

7.6K 689 81
                                    

discalimer : aku bukan org ahli kesehatan fisik maupun psikis, aku dapet semua info dari google yg belum tentu kebenarannya, jd mohon jgn ditelen mentah2 info yg ada di cerita ini ya, thankyou 🙏

***

Satu hari sudah berlalu. Setelah menyaksikan kekasihnya diberi obat bius karena percobaan bunuh diri di depan banyak orang, Chris tak lagi diizinkan melihat Madelyn.

Ia hanya diberi tahu bahwa Madelyn akan mendapat perawatan khusus di rumah sakit ini. Entah apa yang dimaksud dokter Nara.

Chris yang tidak mau meninggalkan rumah sakit sejak kemarin, akhirnya menemukannya, ruangan baru dimana Madelyn akan dirawat.

Chris melihat seorang dokter dan suster keluar dari ruangan tersebut. 

"Suster, jangan sampe ngulangin kesalahan yang sama, gak boleh ada benda tajam, peralatan makan, kayu, kaca, atau apapun di dalam ruangan ini, semua barang yang masuk harus udah diperiksa terlebih dahulu."

"Baik dokter."

"Dokter?" Chris berjalan mendekati dokter Nara.

"Jadi di dalem, Madelyn udah gak di infus lagi?" tanya Chris.

"Enggak Chris, terlalu berbahaya, dia bisa lukain diri sendiri dengan jarum."

Chris yang mendengar itu menelan ludahnya. "Terus gimana? Madelyn kan masih sakit?"

"Kami akan lakukan perawatan rutin untuk kesehatan fisiknya, akan ada suster yang masuk tiap kali Madelyn butuh suntikan obat maupun nutrisi."

"Caranya? dokter bilang bahaya kalo Madelyn liat jarum? dan Madelyn juga gak mungkin dibius tiap saat kan?" tanya Chris.

Dokter Nara yang mendengar itu kini terdiam. Ia menghela nafasnya pelan.

"Kamu bisa liat sendiri di dalam," ucapnya.

Dokter Nara membuka sedikit pintu kamar khusus Madelyn.

Chrispun melihat ke arah dalam.

Kedua matanya seketika membulat. Jantung Chris yang berdetak kencang seolah ingin keluar. Tubuhnya gemetaran.

Madelyn tertidur di atas kasur, namun tidak seperti kasur lainnya, kasur ini adalah kasur khusus. 

Kedua tangan Madelyn diikat, begitupula kedua kakinya. Madelyn tak mungkin bisa menggerakkan tubuhnya sedikitpun.

"Ada peluang Madelyn akan menjambak rambutnya sendiri, atau benturin kepalanya ke tembok, maka dari itu kami harus pastikan Madelyn gak bisa bergerak sama sekali."

Chris terdiam membeku.

Sedikit cahaya yang masih sempat ia lihat, kini seolah lenyap sepenuhnya.

"Dokter..?" panggil Chris tanpa melepas tatapannya dari Madelyn, kekasihnya yang memejamkan mata di atas kasur sana.

"Apa separah itu?"

Dokter Nara menunduk. Berat baginya untuk mengatakan yang sesungguhnya, namun ia tidak bisa berbohong.

"Iya, separah itu."

"Kapan..?" tanya Chris lagi.

Kedua mata Chris kembali basah. Bendungan air tak bisa ia tahan.

"Kapan Madelyn akan balik lagi..?"

Dokter Nara terdiam. Pertanyaan yang begitu sulit baginya.

"Tergantung," jawab dokter Nara.

Chris menatap dokter Nara.

"Tergantung apa dok?? saya akan lakuin apa aja, kasih Madelyn perawatan paling bagus, berapapun biayanya, dimanapun, tolong dok," ucap Chris.

MadelynTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang