Chapter 62. Please Don't Leave

8K 718 27
                                    

Saat ini, Madelyn sudah berbaring di atas kasur dengan kedua matanya yang tertutup. Madelyn hampir mengalami mental breakdown, namun Naomi dan Rashila langsung memberinya obat tidur yang sesuai dengan saran dokter.

Kini Madelynpun sudah tertidur. Ia ditemani Naomi yang akan menginap disini malam ini.

Sementara Chris, laki-laki itu hanya duduk terdiam di ruang tamu. Chris memijat keningnya. Ia terlalu tersentak dan emosi.

Chris yang sudah menyebabkan semua ini terjadi. Namun disaat yang sama ia tak bisa mengontrol rasa gusarnya. Ia benar-benar panik sekarang.

Besok mereka akan pergi ke dokter kandungan untuk memeriksa kondisi Madelyn, sekaligus menjelaskan pada Madelyn tentang apa yang ia alami, dan kenapa ia tidak boleh mengandung janin di dalam perutnya.

Chris mengepal tangannya kencang. Ia harus segera meminta dokter menindaklanjuti semua ini. Ia tidak mau kehilangan Madelyn.

***

Keesokan harinya.

Saat ini, Madelyn sudah berada di rumah sakit bersama suami dan keluarganya. Dokter Fidya sedang memeriksa janin di dalam perutnya. Dokter Nara juga berada disana untuk menemani Madelyn, sekaligus memeriksa kondisi psikisnya.

"Janinnya masih kecil banget, kira-kira umurnya satu bulan," tutur dokter Fidya.

"Tapi kondisinya sehat, selayaknya bayi pada umumnya."

Madelyn yang mendengar itu tak kuasa. Rasanya ia begitu bahagia mendengarnya.

"Tapi disini, masalahnya bukan cuma soal kondisi bayinya, tapi kondisi kamu Madelyn."

Dokter Fidya menutup perut Madelyn, kemudian membantunya bangkit dan duduk di tepi kasur.

Madelyn menunduk. Wajahnya pucat, tubuhnya begitu lemas. Entah kenapa, ia tidak sanggup mendengar apapun tentang kondisinya tubuhnya.

"Tolong jelasin dokter," ucap Chris yang juga sudah berada di ruangan tersebut.

Dokter Fidya mengangguk. Iapun mengeluarkan semua keterangan dari hasil pengecekan yang ia lakukan pada tubuh Madelyn, terutama di bagian rahim.

Dokter Fidya mulai menjelaskan, sementara Madelyn menunduk terdiam dan mendengarkan semua itu. Sesekali ia menyentuh perutnya yang masih kecil.

***

"Jadi maksud dokter, saya masih bisa ngelahirin bayinya kan??"

Semua orang begitu tersentak.

Setelah panjang lebar dokter Fidya menjelaskan, itulah kalimat pertama yang Madelyn ucapkan.

Madelyn hanya mau mendengarkan tentang kemungkinan dirinya masih bisa melahirkan, ia tak mempedulikan fakta lainnya yang fatal dan mengerikan.

"Iya Madelyn, tapi resikonya tinggi banget, saya sebagai dokter lebih menyarankan supaya-"

"Tapi intinya masih bisa kan??" ucap Madelyn memotong ucapan dokter.

"Madelyn!" Chris membentak Madelyn, membuat semua orang terdiam.

Chris menatap Madelyn dengan tajam membuat istrinya menunduk. Ia berusaha menahan emosinya namun sulit karena Madelyn yang begitu keras kepala.

Sementara Madelyn kini menggigit bibirnya. Ia menatap Chris dengan ragu sambil meremas kaus yang ia kenakan.

"T-tapi.. kalau gak dilahirin.. nanti gak bisa hamil lagi.." ucap Madelyn dengan kedua matanya yang mulai membendung air.

"Benar, kamu memang gak bisa hamil lagi setelah ini, rahim kamu udah gak kuat Madelyn," tutur dokter Fidya.

MadelynTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang