Chapter 25. Moving Out

8.8K 802 7
                                    

Langit di pagi hari terlihat cerah, berbeda dengan suasana hati seorang perempuan yang kini duduk dan menatap dengan nanar.

Madelyn melihat ke arah beberapa orang yang baru saja selesai memperbaiki jendela kamarnya. Kini sudah kembali seperti semula.

Kedua mata Madeyn terlihat lelah. Ia melirik pada seorang dokter yang sedang memeriksa kondisinya.

"Saya sudah buat list obat yang harus dibeli, diminum rutin ya," ucap dokter tersebut.

Madelyn tak menjawab dan hanya diam saja di atas kasurnya.

"Iya dokter, terima kasih." Rashila di samping dokter tersebut akhirnya menyahut.

"Kalau gitu, istirahat yang banyak Madelyn, semoga lekas sembuh, dan jangan lupa check up ke dokter Nara, sumber penyakit ditubuhmu sebagian besar datangnya dari mental."

"Baik dokter," jawab Rashila lagi. Akhirnya dokter tersebut menyudahi pekerjaannya disini dan bergegas pergi.

Rashila yang masih berada di kamar Madelyn, melihat ke arah kertas resep obat yang diberikan dokter tersebut.

Lebih baik ia segera menebus obat-obat ini ke apotik.

"Madelyn aku beli dulu obatnya, kamu-"

"Rashila," Madelyn memotong ucapan Rashila.

"Ya?"

"Lo gak kuliah?" tanya Madelyn.

Rashila mengerjap. Sesungguhnya, ia sudah beberapa hari ini bolos kuliah demi menemani Madelyn di apartemennya.

"Enggakpapa kok, aku bisa titip absen," jawab Rashila tersenyum.

Madelyn yang mendengar itu terdiam.

Karena dirinya, banyak orang yang harus merelakan waktu mereka yang berharga. Semua hanya karena dirinya.

Madelyn juga tidak akan pernah lupa, ketika kakaknya menghajar Chris, dan Madelyn hanya terdiam menyaksikan. Ia tak bisa melakukan apapun, hanya gemetaran seperti seekor anak kucing.

Plak!

Madelyn memukul wajahnya sendiri. Mengingat betapa lemah dirinya semalam.

Plak!

"Madelyn!"

Rashila berteriak dan segera menahan kedua tangan Madelyn.

"Stop!!" ucap Rashila.

Madelyn hanya menatap Rashila dengan tatapannya yang kosong. Entah kenapa, ketika ia memukul wajahnya, tidak ada rasa sakit disana. Sangat berbeda dengan semalam, ketika kakaknya yang memukulnya.

Kenapa?

Kenapa Madelyn begitu lemah saat sudah berhadapan dengan Marcel?

Rashila mendorong tubuh Madelyn agar kembali tertidur di kasur.

Rashila merapikan rambut Madelyn yang berantakan. "Tunggu sebentar ya, aku beli obatnya dulu," ucap Rashila.

Rashila tersenyum. "Kamu hari ini istirahat yang banyak, nanti sore kan kita pindahan."

Madelyn sontak menatap Rashila. "Pindah??" ucapnya.

Rashila mengangguk pelan. Semalam Rashila, Geo dan Chris sudah membicarakannya, dan merekapun telah menemukan solusi terbaik untuk saat ini.

***

Flashback dimulai.

Saat ini di ruang tamu apartemen Madelyn, Rashila sedang mengobati luka di wajah Chris.

MadelynTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang