Part. 03 || Ice Queen

46.3K 3.4K 8
                                    

Seperti biasa, Queen berjalan masuk ke pekarangan sekolahnya dengan kedua telinga yang di sumpal AirPods. Orang-orang yang ia lewati tersenyum menyapanya. Namun tidak dibalas apa-apa oleh gadis itu selain wajah datarnya seperti biasa.

Langkah kaki Queen menaiki satu persatu undakan anak tangga menuju lorong IPA kelas 11. Saat Queen masuk dan hendak berjalan kebangkunya, si trio pembuat onar di kelasnya tiba-tiba mencegat jalannya. Semua yang berada di kelas itu memperhatikan Queen yang tampak malas meladeni ketiga cowok rusuh itu.

"WOW! WOW! WOW! Welcome to pemenang lomba Panahan tingkat Internasional! QUEENZHINIA CHALYSTHA!" seru Zidan, salah satu perusuh di kelas yang disambut tepukan tangan dan ucapan selamat teman-teman sekelas pada Queen.

"Selamat, Queen!"

"Selamat!"

"Lo emang hebat, Queen!"

"Queen!" panggil Ringga yang duduk di bangku bagian belakang dengan seorang cewek cantik disebelahnya yang bernama Vanessa—kekasih Ringga.

"Selamat!" ujar Ringga mengangkat tangannya dari tempatnya duduk.

"Selamat Queen! Lo emang hebat!" ujar Vanessa menunjukkan jempolnya seraya tersenyum.

Queen hanya membalasnya dengan ucapan terima kasih. Lalu kembali berjalan kebangkunya.

Seminggu yang lalu Queen berangkat ke Jepang untuk mengikuti lomba Panahan tingkat SMA sebagai perwakilan dari Indonesia, dan Alhamdulillah Queen berhasil membawa pulang medali emas dengan poin tertinggi.

Queen dibuat kaget ketika ia baru saja duduk di kursi saat ketiga cowok yang mencegatnya tadi berkumpul didekatnya. Queen menatap mereka dengan kening berkerut. Mulai pusing dengan tingkah mereka bertiga.

"Queen, gimana rasanya lomba di Jepang?"

"Queen, ada banyak bule nggak? Cantik-cantik nggak?"

"Susah nggak, Queen?"

Queen menghela napas mendengar pertanyaan yang menurutnya tidak penting.

"Kalian gimana sih? Udah pasti disana banyak bule lah! Namanya juga luar negeri!" sahut Maura—sahabat Vanessa yang duduk di kursi depan Vanessa dan Ringga.

"Bener sih." Ketiga cowok itu mengangguk kompak.

Tiba-tiba dari belakang seseorang memukul kepala ketiga cowok itu dengan kertas yang digulung. Lantas mereka berbalik dan melihat empat cewek cantik yang masih menyandang tas mereka.

"Apaan sih, Vanya? Main pukul aja," ujar cowok bernama Bima sebal pada Sevanya–pelaku yang barusan memukul kepalanya dengan kertas yang digulung.

Cewek cantik dengan seragam ketat sehingga menampilkan postur tubuhnya yang body goals itu berkacak pinggang. Mengangkat dagunya tinggi seolah menantang. Matanya menatap ketiga cowok itu tajam.

"Datang-datang udah langsung main pukul. Sama kayak Asia," sahut Gio melirik cewek tomboi dengan rambut yang di kuncir kuda di belakang, tidak lupa lengan kemeja seragamnya yang digulung dua lipatan semakin menambah kesan tomboi pada cewek itu.

"Apa lo?!" sahut Asia galak membuat nyali Gio langsung ciut.

Bagaimana tidak? Berhadapan dengan sang master karate yang sudah berlomba sampai tingkat Nasional. Bisa-bisa babak belur dia karena Asia tidak akan mandang gender. Baik cewek ataupun cowok semuanya dijabanin.

"Kalian nggak ada kerjaan, ya, selain gangguin Queen?" tanya cewek cantik berambut hitam legam yang berdiri disebelah Asia. Bersedekap seraya menggeleng-gelengkan kepala. Sikapnya tenang dan memiliki tatapan mata yang tegas.

ALTHAIR [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang