"Queen, bisa tolong taro sapunya nggak di gudang? Gue buru-buru nih, nyokap gue udah jemput di depan gerbang," ujar Sevanya memelas.
"Gue juga, ya, Queen. Nitip," sahut Maura cengengesan.
Queen mengangguk lalu mengambil sapu ijuk dari tangan Vanessa dan Maura. Hari ini memang jadwal Queen piket jadi ia dan teman-temannya yang juga piket di hari yang sama lebih sedikit terlambat untuk pulang. Sedangkan yang lainnya sudah pulang dari tadi termasuk Sevanya, Athala, Asia dan Acha.
"Makasih, cantik! Kita duluan, ya! Byeee!"
Vanessa dan Maura keluar dari kelas lebih dulu. Queen mengambil tasnya yang ia letakkan di meja guru lalu menyandangnya. Beberapa langkah keluar dari kelas ponselnya berbunyi menandakan ada panggilan masuk.
Queen merogoh ponselnya di saku rok, melihat nama Althair tertera di sana. Queen menghela napas lalu menjawab panggilan tersebut.
"Kenapa?" tanya Queen sambil berjalan di koridor menuju gudang di belakang sekolah.
"Lo kemana sih? Dari tadi gue tungguin nggak datang-datang. Jangan-jangan kabur lagi, ya, lo!"
"Apaan sih? Gue lagi piket! Makanya lama!"
"Ya udah, sekarang buruan ke parkiran! Lumutan gue nungguin lo!"
"Yang nyuruh nungguin siapa? Lo nya aja yang maksa."
"Nggak usah protes. Nurut aja bisa?"
"Bodo!" Queen mematikan sambungan teleponnya sepihak. Mulut cantiknya terus mendumel dengan perasaan jengkel pada Althair. Cowok itu benar-benar tidak berubah. Masih saja suka memerintah seenaknya.
Pantas Althair menjadi seorang Ketua Geng. Mana mau cowok itu menjadi anak buah yang selalu di perintah.
Sampainya di gudang, Queen membuka pintu berwarna coklat itu dan meletakkan sapu yang dibawanya.
Brakk!
Seketika Queen berbalik. Matanya membulat sempurna saat pintu gudang yang tadinya terbuka tiba-tiba tertutup. Queen menggedor-gedor pintu dan berteriak minta tolong.
"SIAPA DILUAR?!! TOLONG! BUKA PINTUNYA!!" Queen berusaha membuka pintu gudang dengan menariknya. Namun sial pintunya di kunci dari luar.
"BUKA PINTUNYA!! TOLONG!! SIAPA DILUAR BUKA PINTUNYA!!"
Sedangkan diluar, Mona, Grace, dan Agnes bertos dan tertawa karena rencana mereka mengurung Queen sukses.
"Rasain lo. Siapa suruh lo berani ngelawan gue? Makanya jangan sok deh jadi cewek hanya karena Althair care sama lo!" ujar Mona dengan suara yang ia pelankan agar Queen tidak mendengarnya.
"Yuk, cabut." Mona, Grace, dan Agnes segera pergi sebelum ada yang melihat mereka.
Queen semakin keras menggedor pintu sampai tangannya memerah. Ia melihat sekitar gudang yang sangat gelap dan pengap. Hanya ada sedikit cahaya dari celah pintu di atas dan itu tidak cukup menerangi seluruh ruangan.
"BUKA PINTUNYA!! BUKAAA!!"
Sekolah sudah sepi ditambah Queen sekarang berada di gudang belakang sekolah. Dimana tempat yang sangat jarang dilalui oleh setiap murid, kecuali petugas kebersihan. Namun sekarang bapak-bapak paruh baya itu entah ada dimana.
Di tempat yang berbeda di waktu yang sama, Althair sejak tadi terus melirik jam tangannya dan gedung sekolah bergantian. Berharap kalau gadis yang ia tunggu-tunggu sejak tadi muncul. Namun sudah lebih satu jam lamanya Queen tidak juga menampakkan diri.
"Dia kemana sih? Jangan-jangan kabur lagi," gumam Althair mulai kehabisan kesabaran.
Althair berdecak kesal. Perasaannya bahkan sejak tadi sudah tidak menentu dan kacau. Akhirnya ia memutuskan menyusul Queen. Awas saja kalau ketemu. Althair tidak akan melepaskan gadis itu dan akan membuat perhitungan karena sudah membuatnya menunggu terlalu lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTHAIR [ END ]
Teen Fiction[ NEW VERSION! ] JANGAN LUPA FOLLOW!! *** Karena kejadian tak terduga yang menimpanya, tanpa sadar Queenzhinia Chalystha mulai dekat dengan sosok yang selama ini ia jauhi. Althair Sky Lawrence, satu nama yang begitu di segani, satu nama yang begitu...