Bel pulang sekolah sudah berbunyi dan semua murid mulai membereskan buku-buku mereka dan keluar dari kelas masing-masing. Queen duduk diam di kursinya sembari melirik Sevanya yang sejak tadi pagi tidak berbicara padanya, begitupun Athala, Asia, dan Acha.
Setelah kejadian tadi pagi, semua orang langsung berubah padanya. Mereka mengasingkan Queen dan tidak ada yang mengajaknya bicara. Hanya lirikan yang menandangnya seolah dirinya adalah orang paling hina.
"Vanya!" panggil Queen saat Sevanya berdiri hendak keluar kelas. Langkah cewek cantik itu berhenti tanpa menoleh pada Queen. Orang-orang yang masih berada di kelas tersebut diam dari aktivitas mereka dan menatap lurus pada Queen dan Sevanya.
Queen mendekat, berdiri di samping Sevanya. "Gue mau bicara."
"Gue sibuk." Hendak pergi namun tangannya di cekal.
"Please, gue mohon dengerin penjelasan gue dulu," kata Queen dengan tatapan memohon.
"Udah jelas Queen, kalau lo itu pembuli, bahkan sampai membuat korban lo sendiri meninggal."
Kepala Queen menggeleng. "Gue nggak pernah ngelakuin itu, Van. Percaya sama gue," nada suara Queen terdengar bergetar.
Sevanya akhirnya menoleh menatap Queen. "Gue nggak tau harus percaya atau enggak sama lo, Queen. Karena bukti udah jelas ada kalau lo itu pembuli sekaligus pembunuh!"
Sevanya menghentakkan tangannya hingga terlepas dari cekalan Queen. "Apa gue salah menilai lo selama ini? Apa gue salah udah jadiin lo sahabat gue? Dan jawabannya, maybe, gue salah."
"Van—" Mata Queen sudah berkaca-kaca menahan sesak di dada ketika Sevanya mengatakan hal itu.
"Gue nggak mau lagi temenan sama lo, Queen," lanjut Sevanya seketika menyentak Queen. Seketika ia merasakan dejavu. Hal seperti ini persis sama saat ia memutuskan hubungan persahabatannya dengan Elsa dulu.
Sevanya berbalik hendak pergi, namun lagi-lagi tangannya di cekal oleh Queen, menahannya untuk tidak pergi karena Queen ingin menjelaskan semuanya. "Van, gue mohon jangan bilang gitu. Dengerin penjelasan gue dulu!"
"LEPASIN!!" Dengan kuat Sevanya menghentakkan tangannya dan mendorong Queen sampai pinggang Queen dengan keras membentur pinggiran meja. Teman-teman kelasnya yang melihat tidak melakukan apapun. Athala, Asia, dan Acha juga hanya diam. Sedangkan Queen meringis memegang pinggangnya yang sakit.
"GUE NGGAK MAU DENGAR APAPUN DARI MULUT PEMBUNUH KAYAK LO! LO TUH HINA TAU NGGAK? LO PIKIR DENGAN LO BULI ORANG TANDANYA LO HEBAT? ENGGAK!"
"Gue nggak pernah buli siapapun, Van. Percaya sama gue," lirih Queen dengan air mata menetes di pipinya.
"Terserah lo mau bela diri seperti apa. Bukti udah ada dan udah jelas kalau lo itu bukan cewek baik-baik." Sevanya kemudian berbalik pergi di susul Athala, Asia, dan Acha.
Satu persatu teman-teman kelasnya mulai beranjak meninggalkan kelas. Bahkan ada yang dengan sengaja menabrak Queen dan mencetus menghinanya.
"Jangan deket-deket Queen lagi guyss! Nanti kalian malah jadi korban selanjutnya!"
"Iihh, ngeri banget! Udah di buli, terus di bunuh."
"Bener kata orang, jangan lihat sesuatu dari luarnya aja. Contohnya yang satu ini, di luar kelihatan baik, eh taunya psikopat."
Queen melirik Zidan, Bima, dan Gio—ketiga cowok perusuh di kelasnya yang barusan bicara seolah mengajak orang-orang untuk menjauhinya.
"Apa lo lirik-lirik? Mau gue congkel mata lo?!" seru Bima dengan lagaknya seolah mengajak berantem.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTHAIR [ END ]
Ficção Adolescente[ NEW VERSION! ] JANGAN LUPA FOLLOW!! *** Karena kejadian tak terduga yang menimpanya, tanpa sadar Queenzhinia Chalystha mulai dekat dengan sosok yang selama ini ia jauhi. Althair Sky Lawrence, satu nama yang begitu di segani, satu nama yang begitu...