Part.26 || Pelukan Yang Dirindukan

25.5K 1.9K 26
                                    

Disudut cafe Queen duduk sendirian dengan pandangan lurus ke arah panggung mini dimana beberapa orang sedang tampil. Mereka bernyanyi menghibur para pengunjung cafe. Queen memperhatikan sekitar cafenya yang ramai oleh anak-anak remaja seumurannya, ada yang sedang pacaran atau sekedar berkumpul menghabiskan waktu bersama teman dan sahabat.

Segelas caramel cappucino dan chocolate cake menemani Queen yang sejak dua jam yang lalu tidak berpindah dari posisinya. Queen duduk bersandar di sofa dengan tangan bersedekap. Matanya lalu terpejam dan menghela napas berat.

"Sepertinya lagi ada masalah, ya?"

Kedua mata Queen terbuka lalu mendongak melihat seseorang yang kini berdiri didepannya dengan senyuman yang selalu ia tujukan untuk Queen.

"Aaron? Lo disini?" tanya Queen.

"Iya, sama temen." Aaron menunjuk arah teman-temannya yang berkumpul tidak jauh dari tempat Queen duduk saat ini.

"Oohh, ya udah, have fun, ya." Queen menyeruput minumannya. Namun detik berikutnya keningnya berkerut melihat Aaron malah menarik kursi didepannya dan mendudukinya.

"Gue disini aja nemenin lo, boleh?"

"Temen-temen lo? Lo, kan, disini bareng mereka. Masa lo tinggalin gitu aja?"

"Nanti gue jelasin ke mereka. Yang penting sekarang lo." Aaron melipat tangannya di atas meja dan menatap Queen. "Apa lo lagi ada masalah?"

"Setiap orang pasti ada masalahnya sendiri."

"Kalau lo mau cerita gue siap dengerin. Siapa tau gue bisa bantu?"

Queen menghela napas. "Nggak terlalu penting juga."

Aaron mengangguk-angguk. Tidak lagi memaksa Queen.

"Oh iya, Queen, gimana keadaan lo? Gue denger tadi siang lo jatuh ke kolam renang di sekolah."

"Gue nggak apa-apa. Untung waktu itu ada Althair yang nolongin."

"Althair?"

Queen mengangguk. Pandangannya kembali tertuju ke panggung mini dimana sudah ada seorang pengunjung yang ingin menyumbangkan suaranya untuk bernyanyi malam ini.

Sedangkan Aaron menatap lekat Queen. Entah apa arti dari tatapan cowok itu. "Syukurlah ada Althair yang nolongin lo. Sorry, ya, gue nggak bisa nolongin. Waktu itu gue ada urusan mendadak dan langsung pulang."

Queen melirik Aaron yang terlihat mengkhawatirkannya. "Nggak apa-apa. Lagian bukan tanggung jawab lo buat jagain gue. Jadi nggak usah ngerasa bersalah."

'Lo salah, Queen. Itu adalah tanggung jawab gue,' batin Aaron menatap Queen sangat lekat.

"Lo bosen nggak?" tanya Aaron.

"Lumayan. Udah dua jam gue duduk disini."

"Dua jam?!" Aaron lalu terkekeh. "Nggak pegel?"

Queen merenggangkan kedua tangannya. "Pegel sih."

Aaron lalu berdiri. "Mau ikut?"

"Kemana?" tanya Queen bingung.

"Jalan-jalan malam aja sekalian ngelepasin beban pikiran lo hari ini."

Queen diam sebentar lalu mengangguk. "Boleh."

"Bentar gue pamitan dulu sama temen-temen gue." Aaron menghampiri teman-temannya. Mereka terlihat berseru menggoda Aaron yang ingin pergi dengan seorang gadis. Tak lama Aaron kembali menghampiri Queen lalu mengulurkan tangan kanannya. "Yuk."

Queen menerima uluran tangan Aaron dan berdiri. Lalu mereka berdua keluar dari cafe. Aaron mengambil salah satu helm di atas motor temannya dan memasangkannya di kepala Queen. Queen tidak menolak karena Aaron sudah biasa melakukan hal seperti ini padanya. Karena Aaron juga sering mengantarnya pulang sekolah jika Nathan sudah kabur.

ALTHAIR [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang