Part.36 || Date Three

21.2K 1.5K 19
                                    

Queen tersenyum melihat penampilannya yang sudah rapi dipantulan cermin full body di kamarnya. Perpaduan baju warna putih dengan celana jeans hitam panjang dan high heels dengan hak yang tidak terlalu tinggi yang membalut kaki putihnya. Queen membiarkan rambutnya digerai seperti biasa. Wajahnya di poles make-up tipis supaya tidak terlihat pucat.

Queen tidak henti-hentinya tersenyum, karena hari ini ia akan menghabiskan waktunya bersama sang adik tercinta. Jujur sebenarnya Queen sangat merasa bersalah karena jarang menemui Aghaz di rumah sakit. Bukan karena Queen tidak mau, hanya saja rumah sakit adalah tempat yang masih menakutkan bagi Queen. Karena di tempat itu, ia menyaksikan secara langsung kepergian sang Mama untuk selamanya. Queen benar-benar masih belum bisa melupakan kejadian tersebut.

Tapi Queen tidak bisa terus-terusan seperti ini. Bagaimanapun juga, ia harus bisa melawan rasa takutnya sendiri. Kalau seperti ini terus, Queen tidak akan pernah bisa keluar dari bayang-bayang masa lalunya.

Mumpung hari ini hari Minggu. Queen akan ke rumah sakit pagi ini. Bagaimanapun ia akan menghabiskan waktunya khusus untuk Aghaz. Queen mengambil tas selempangnya dan keluar dari kamar. Menuruni anak tangga menuju dapur.

"Lo jadi ke rumah sakit?" tanya Nathan yang berjalan ke arah kulkas, membukanya dan mengambil minuman kaleng dari sana. Sepertinya cowok itu baru bangun tidur. Terlihat dari wujudnya sekarang yang berantakan dengan muka bantal dan rambut acak-acakan.

Nathan memang sering menginap di rumah Queen. Apalagi penyebabnya jika cowok itu di kunci diluar karena pulang terlalu larut bahkan sampai jam tiga dini hari. Sampai akhirnya Nathan melarikan diri ke rumah Queen. Ya, satu-satunya tempat yang selalu setia menampungnya.

"Jadi," jawab Queen menyiapkan makanan yang sebelumnya sudah ia buat khusus untuk Aghaz. "Hari ini jangan ganggu gue. Gue mau nge-date sama Aghaz. Telfon juga nggak boleh," peringat Queen.

Nathan berdecih. "Nge-date kok sama adik sendiri," sindirnya.

Queen berbalik, bersedekap menatap tajam Nathan. "Biarin. Daripada nge-date sama cewek yang berbeda tiap hari, uwu-uwuan nggak jelas terus akhirnya putus. Mending sama adik sendiri. Uwuannya akan tetap berlanjut tanpa ada kata putus."

Nathan yang sedang minum tersedak mendengar sindiran Queen yang langsung telak mengenainya. "Sialan lo."

Queen tersenyum menang karena Nathan tidak bisa membalas kata-katanya. Tangannya lalu mengambil kotak makan di atas meja yang sudah ia siapkan.

"Gue pergi dulu. Ingat, jangan ganggu date gue. Paham?"

"Iya! iya! Gue nggak budeg kali! Gue paham!" ujar Nathan. "Lo berangkat ke sana naik apa?"

"Taxi online. Males gue bawa mobil."

Nathan mengangguk. Queen kemudian berjalan keluar rumah. Baru beberapa langkah melewati pintu utama, langkahnya terhenti saat menangkap sosok yang tidak ia duga, sedang duduk di kursi terasnya sambil memutar-mutar kunci mobil di jari telunjuknya. Siapa lagi sosok itu kalau bukan Althair Sky Lawrence.

Cowok yang memakai kacamata hitam itu berdiri dan berhadapan dengan Queen. Dibalik kacamatanya Althair menatap kagum pada Queen. Gadis itu tetap cantik dan manis meskipun berpenampilan natural.

"Ngapain lo disini?" tanya Queen menatap Althair aneh. Kenapa cowok ini suka sekali muncul tiba-tiba di depannya? Bahkan Althair juga tidak memberitahunya kalau dia akan ke rumah. "Taxi online pesenan gue mana? Katanya tadi udah di depan."

"Gue suruh pergi tadi," jawab Althair santai.

"Kenapa lo suruh pergi sih?! Gue mau pergi, Althair! Susah lagi, kan, nyarinya!" Queen hendak memesan taxi online lagi namun ponselnya tiba-tiba di rampas oleh Althair seenaknya.

ALTHAIR [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang