Part.15 || Ambisi Mona

29.9K 2K 11
                                    

Selesai menerima hukuman, bukannya kembali ke kelas, delapan cowok itu malah bolos ke kantin sampai jam istirahat. Kantin yang semula sepi langsung membludak oleh anak-anak yang barusan keluar dari kelas untuk mengisi kembali tenaga mereka sehabis belajar.

Di meja bagian pojok Althair dan para sahabat rusuhnya sedang menikmati waktu mereka dengan obrolan konyol dan tidak bermutu. Kebanyakan obrolan tersebut hanya diisi oleh adu mulut Azam dan Lugas. Sesekali Haikal, Billy dan Benua juga ikut menimpali. Sedangkan Ghali sibuk dengan gamenya dan Sangga hanya diam memperhatikan sahabat-sahabat rusuhnya dengan tangan bersedekap.

"Lo aja sana, gue mah ogah!" ujar Lugas saat mereka kembali menceritakan kejadian dimana kemarin saat dia dan Azam dijalan pulang, ada seorang banci yang menggoda mereka saat berhenti di lampu merah. Dengan isengnya Lugas malah balik menggoda banci tersebut dan sialnya mereka dicegat, susah untuk kabur.

"Eh, kunyuk! Semuanya juga gara-gara ente! Coba ente kagak godain tuh orang, udah pasti kita nggak bakalan dikejar!" ujar Azam ngegas.

"Sumpah, jantungan gue. Kalau ketangkep gimana, ya?" Lugas memegang dadanya.

"Ya nggak gimana-gimana. Palingan ente dijadiin pacarnya! Hahaha!"

"Sembarangan kalau ngomong. Lo aja sana jadi pacarnya!"

"Idihh! Jijik ane, mas! Hahaha!" Azam tertawa lalu menepuk dadanya songong. "Thalita masih tetap di hati!"

"Cielaaahh, gaya lo, Zam! Emangnya Thalita mau sama onta kayak lo?" ledek Haikal.

"Doain lah! Sahabat ente mau merubah status nih sebelum lulus!"

Billy berdecak. "Daripada lo banyak bacot, mending makan nih, bakwannya Mpok Eli! Enak!" Billy dengan teganya menyumpal mulut Azam dengan bakwan.

"Woy, Tan! Udah selesai bucinnya?" tanya Ghali terkekeh saat Tristan mendekat ke arah mereka dan duduk disebelah Althair.

"Bacot," ujar Tristan menyeruput minuman Azam seenak jidat.

"Aelah, Tan! Minuman ane tuh!" protes Azam.

"Minta dikit."

"Dikit apaan? Sampai habis gitu ente bilang dikit?" dumel Azam.

"Kayak cewek aja lo, Zam. Pesen lagi sana!" suruh Althair jijik melihat wajah sok cemberut Azam.

"Ente yang bayar, ya, pak bos!"

"Hm," Althair hanya menjawabnya dengan gumaman.

Dengan semangat Azam kembali memesan. "Mpok Eli! Ane pesen bakso sama es teh manisnya lagi, yaa!!"

"Buset, Zam! Di traktir malah ngelunjak lo," ujar Benua.

"Ini nih contohnya temen laknat," kata Haikal.

"Laknat yang hakiki," timpal Lugas diikuti tawa teman-temannya.

"Tha, lo udah nemuin orangnya?" tanya Tristan dengan wajah serius.

Althair menggeleng. "Belum," jawabnya.

Althair tahu maksud pertanyaan Tristan barusan, karena mereka juga sudah membahas hal ini sebelumnya. Soal orang yang sudah berani-beraninya memata-matai Geng mereka. Bahkan hukuman yang mereka terima barusan juga pasti ada yang mengadukannya pada kepala sekolah. Karena tidak mungkin jika pihak sekolah bisa mengetahui sendiri perkelahian antara Grixen dengan Vagos kemarin mengingat bahwa mereka berada dilapangan Tank yang lumayan jauh dari keramaian dan juga sekolah masing-masing.

"Gue sama Anhar juga masih menyelidiki dan kita belum tau siapa orangnya. Tapi kalau bener dia anak Victory, bakalan habis dia disini," ujar Tristan.

Althair memang diam tapi otaknya sedang berpikir. Siapa kira-kira orang yang begitu beraninya memata-matai Grixen, akan habis ditangannya.

ALTHAIR [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang