Part.50 || Salah Paham

15.9K 1.1K 40
                                    

Di depan meja belajarnya, Queen duduk sembari memandang foto dua gadis remaja yang tersenyum penuh bahagia. Foto tersebut adalah dirinya dan Elsa saat mereka masih menjalin persahabatan. Kenangan saat-saat itu membuat Queen semakin merasakan penyesalan yang seperti tidak berujung. Karena dirinya yang terlalu cepat mengambil keputusan tanpa mencari tahu sebuah kebenaran. Kini, Queen benar-benar sangat menderita dengan rasa bersalahnya setelah Elsa pergi untuk selamanya.

"Gue kangen banget sama lo, Sa," lirih Queen mengusap foto Elsa.

Suara dering ponsel seketika mengalihkan perhatian Queen. Ia beranjak mengambil ponselnya di atas nakas dan duduk di pinggir kasur seraya melihat nama si penelepon di layar ponselnya.

"Althair? Ngapain dia nelfon malam-malam?" gumam Queen mengerutkan kening. Namun ia tetap mengangkat telepon tersebut dari pada harus di semprot besok paginya dengan rentetan pertanyaan dan juga hal-hal aneh yang pastinya cowok itu lakukan untuk membuatnya benar-benar merasa bersalah.

"Ngapain nelfon malam-malam?" ujar Queen to the point menjawab panggilan tersebut.

Althair di seberang sana yang sedang memakai jaketnya mengerutkan kening. "Assalamualaikum dulu, baru nanya."

"Wa'alaikumsalam. Ngapain nelfon malam-malam?"

Althair menghela napas pelan lalu terkekeh mendengar nada suara Queen yang jutek, padahal mereka sudah pacaran dan saling menerima satu sama lain. Tapi ya begitulah Queen, dia bicara biasa saja terdengarnya seperti ngajak berantem.

"Emang nggak boleh nelfon pacar sendiri?"

"Nelfon tuh kalau ada urusan penting."

"Ada kok. Urusan aku juga penting makanya nelfon kamu."

"Urusan apaan? Kalau aneh-aneh aku block nomor kamu."

"Kamu kenapa sih? PMS?" heran Althair seraya merapikan rambutnya di depan cermin. Bingung kenapa gadisnya ini marah-marah.

"Nggak!"

"Terus kenapa marah-marah dari tadi, hm?"

"Nggak apa-apa. Pengen aja. Emang nggak boleh?"

Althair terkekeh. Ia bisa membayangkan raut wajah Queen yang pastinya menggemaskan saat marah-marah tidak jelas seperti saat ini.

"Aku mau ke rumah," kata Althair duduk di pinggir kasurnya seraya memakai sepatu.

"Ke rumah siapa?" bingung Queen.

Althair memegang ponsel yang diapitnya di antara telinga dan pundak saat kedua tangannya mengikat tali sepatu.

"Ke rumah kamu lah, sayang."

"Ngapain? Rumah aku lagi nggak ada hajatan. Nggak usah. Udah malam."

"Biasanya boleh."

"Sekarang nggak boleh!"

"Alasannya?"

"Nggak ada."

Hening beberapa saat. Sampai Althair tiba-tiba bicara membuat Queen yang sedang melamun melihat jari-jari kakinya yang putih menyentuh lantai di buat kaget.

"Kamu selingkuh!?"

Queen mengerjapkan matanya cepat. Mencerna kembali maksud perkataan Althair. "Hah? Maksudnya?"

"Jujur sama aku. Kamu selingkuh, kan? Itu alasan kamu yang sebenarnya nggak izinin aku ke rumah kamu. Karena sekarang selingkuhan kamu ada di rumah, kan? Ayo ngaku!"

"Apaan sih? Nggak usah ngaco! Aku nggak selingkuh. Emang ada gitu orang yang mau sama aku? Mana ada yang tahan dengan sifatku yang kasar dan dingin ini. Nggak ada!"

ALTHAIR [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang