Part.29 || Drop Out

25.3K 1.8K 41
                                        

Queen berdiri di rooftop dengan pandangan kosong kedepan. Ditangannya sudah terselip sebuah amplop berwarna coklat. Queen memejamkan mata, kembali mengingat kejadian beberapa menit yang lalu.

"SAYA INGIN DIA DIKELUARKAN DARI SEKOLAH INI!" tegas Bu Siska–Mama Sindy.

Mendengar itu membuat kepala sekolah, Pak Kumis, Bu Liza dan Bu Nawang terdiam termasuk Queen.

'Dikeluarkan?' Satu kata itu langsung membuat jantungnya serasa mencelos keluar. Selama ini Queen selalu berusaha menjaga nama baiknya di sekolah agar hal-hal seperti ini tidak terjadi padanya.

Tidak. Bukan Queen tidak mau pindah sekolah. Ia sudah sangat nyaman bersama teman-temannya di SMA ini. Mereka menerima Queen seperti apa dirinya. Apalagi teman-teman sekelasnya yang menerimanya dengan kehangatan dan juga canda tawa kebahagiaan.

Jika Queen pindah sekolah, Queen tidak akan bisa menjamin hal-hal yang ia dapatkan di SMA Victory akan ia dapatkan juga di sekolah barunya. Contohnya teman-teman yang menerimanya apa adanya, yang tulus padanya.

"Bu, saya tau ibu marah sama saya. Tapi apa yang terjadi saat ini bukanlah kesalahan saya. Saya bukan pelakunya. Saya bahkan tidak pernah ada masalah dengan anak ibu!" ujar Queen membela diri.

"Bohong, Ma!" sahut Sindy tiba-tiba. Gadis berkacamata itu melirik Queen lalu menunjuknya. "Dia selalu menjadikan aku uang berjalannya, Ma."

Queen menatap Sindy tidak percaya dengan apa yang dikatakan gadis itu. "Gue nggak pernah ngelakuin itu," ujar Queen.

"Aku nggak bohong, Ma." Sindy mengadu pada Mamanya.

"Astaga... KAMU JADIKAN ANAK SAYA SEBAGAI UANG BERJALAN KAMU?! BENAR-BENAR KURANG AJAR KAMU!!" ujar Bu Siska marah. Kembali bangkit dan menjambak rambut Queen lebih kuat dari sebelumnya.

"Tenang, Bu! Tenang!"

Pak Kumis dan Bu Liza berusaha menenangkan Bu Siska yang lagi-lagi bertindak kasar. Bu Siska kembali duduk namun dengan tatapan menusuk pada Queen.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Bu Nawang membantu Queen merapikan rambutnya yang sudah acak-acakan karena jambakan Bu Siska.

Queen hanya menjawabnya dengan anggukan.

"Saya tidak mau tau, Pak! Anak ini harus dikeluarkan dari sekolah sekarang juga! Sudah mencuri, dia juga menjadikan anak saya sebagai uang berjalannya! Itu sama saja dengan pembulian! Kalau perlu keluarkan dengan cara tidak hormat!" ujar Bu Siska pada kepala sekolah.

"Tapi saya tidak bersalah, Bu!" ujar Queen dengan nada tinggi. Mulai kehabisan kesabaran melihat wanita itu berusaha menjatuhkannya.

"Lihat kamu! Nggak punya sopan santun! Ngomong sama orang tua malah ngebentak! Saya yakin orang tua kamu benar-benar menyesal mempunyai anak seperti kamu!!"

"Bu Siska berhenti!" ujar kepala sekolah. Mereka semua terdiam. Kepala sekolah lalu beralih pada Queen. "Apa benar kamu juga melakukan hal yang seperti Sindy katakan, Queen?" tanyanya memastikan.

Queen menggeleng. "Saya tidak pernah melakukan itu, Pak. Bu Nawang percaya, kan, sama saya?" Queen menatap Bu Nawang yang hanya bisa menunduk. Lalu Bu Liza dan Pak Kumis, mereka juga tidak bersuara.

"Queen, apa yang kamu lakukan itu termasuk pada pembulian. Kamu memalak uang teman kamu sendiri, itu tidak baik, Queen," ujar kepala sekolah.

"Tapi saya benar-benar tidak pernah melakukan itu, Pak. Termasuk pencurian ini bukan saya pelakunya," Queen masih berusaha meyakinkan semua yang ada disana. Namun mereka tidak memberikan respon apapun selain diam.

ALTHAIR [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang