"Pak bos kenapa?" tanya Azam sesaat dia baru sampai di basecamp Grixen dan mengambil tempat di sebelah Ghali yang sedang asik bermain game online di ponselnya.
Pandangan teman-temannya tertuju pada Althair yang sejak dua jam yang lalu terus memukul samsak di ruang olahraga khusus yang mereka buat di markas. Hanya berbatasan dengan pintu kaca sehingga mereka dapat melihat aktivitas yang dilakukan Althair di dalam sana.
"Nggak tau. Datang-datang wajahnya udah kusut. Nggak ngomong apa-apa, di tambah auranya yang langsung dingin dan mencekam," ujar Lugas mengusap kedua lengannya.
"Ada masalah mungkin?" sahut Benua yang sedang memetik senar gitar di pangkuannya. Pandangannya juga tertuju pada Althair.
"Pasti masalah sama Queen," ujar Billy tiba-tiba membuat teman-temannya langsung menoleh.
"Dari mana lo tau?" tanya Haikal. "Lo sekarang udah ganti profesi jadi tukang ramal? Nggak jadi kang bucin lagi?"
Billy berdecak. "Gue serius bambang!"
"Ya udah ngomong! Gitu aja ribet," ujar Ghali tanpa beralih dari game yang di mainkannya. Sedangkan Sangga sedari tadi hanya diam. Dia, kan, emang pendiam, jadi tidak perlu heran lagi.
"Ini perkiraan gue aja, ya. Biasanya Sky nggak pernah tuh sampe kayak gini kalau dia punya masalah. Dia selalu tenang dan berpikir dengan kepala dingin. Tapi lihat sekarang, dia kelihatan benar-benar marah dan kacau. Gue berpendapat kalau masalahnya kali ini pasti ada hubungannya dengan Queen. Kan, kita tau apapun yang berhubungan dengan Queen, Sky tuh lebih sensitif gitu," jelas Billy memberikan opininya yang membuat keenam cowok-cowok yang duduk melingkari meja tersebut terdiam. Bahkan Ghali sudah tidak fokus lagi dengan gamenya.
"Masuk akal sih," gumam Haikal mengangguk-anggukkan kepala. Setuju dengan pendapat Billy.
"Penasaran gue masalahnya apa sampai Sky seperti ini. Jujur gue masih merinding saat lihat tatapannya yang tajam dan dingin tadi," ujar Lugas mengusap tengkuknya yang tiba-tiba meremang. Althair kalau sudah marah memang menyeramkan.
"Apa bedanya sama gue," sahut Haikal. Ia juga merasakan hal yang sama seperti Lugas.
"Ga, diam-diam bae lu. Ngomong kek. Lagi puasa ngomong lo?" ujar Lugas pada Sangga yang langsung mendapatkan lirikan tajam setajam silet.
"Ampun, Ga. Bercanda gue. Jangan masukin ke hati lah, hehehe." Lugas memperlihatkan kedua jarinya yang membentuk huruf V sambil cengengesan tidak jelas.
"Dari pada banyak bacot, mendingan kalian dengerin Tristan. Bentar lagi dia mau ngomong," kata Sangga menatap satu arah.
Teman-temannya refleks mengikuti pandangan Sangga dan menemukan Tristan, Anhar dan beberapa anggota Grixen angkatan 6 yang baru masuk ke basecamp dan berjalan menghampiri mereka.
"Kalian di sini?" tanya Tristan berhenti di dekat Sangga dan yang lainnya.
"Lumayan lama sih," kata Benua melirik jam tangannya.
"Zam, apaan tuh?" tanya Kai, salah satu teman Tristan. Mau tau sifatnya? Tidak ubahnya seperti Lugas yang bar-bar. Tapi bisa kejam juga dan brutal kalau sudah berkelahi.
"Telur gulung. Tadi ane beli pas jalan kesini," jawab Azam. "Ente mau?" tawarnya pada Kai.
"Buat gue semuanya, ya?"
"Maruk lo! Udah untung di kasih!" ujar Gara menoel kepala Kai pelan. Dia juga sahabat Tristan dan anggota inti Grixen angkatan 6.
"Tiga biji doang!" ujar Kai mengambil semua telur gulung Azam yang tinggal tiga tusuk dan memakannya dengan lahap.
![](https://img.wattpad.com/cover/258377884-288-k902508.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTHAIR [ END ]
Ficção Adolescente[ NEW VERSION! ] JANGAN LUPA FOLLOW!! *** Karena kejadian tak terduga yang menimpanya, tanpa sadar Queenzhinia Chalystha mulai dekat dengan sosok yang selama ini ia jauhi. Althair Sky Lawrence, satu nama yang begitu di segani, satu nama yang begitu...