Part.62 || Pemegang Bukti

15.8K 1.2K 35
                                    

BYUURRR!!

Langkah Grace berhenti seketika. Bajunya basah kuyup dari atas kepala sampai ke bawah. Bukan cuma itu, air yang mengguyurnya itu juga bau bekas pel. Kepalanya mendongak ke atas, dimana Mona, Agnes, dan beberapa murid perempuan seangkatannya tengah tertawa meledeknya. Mereka lah yang mengguyur Grace dari balkon sekolah lantai dua.

"Anak haram! Mending lo keluar deh dari sekolah ini! Dasar anak pelakor!" ujar Mona bertos dengan Agnes.

"Iiiuuhh, bau banget! Emang ya bau anak pelakor itu menjijikkan!" sahut Agnes tertawa semakin kencang bersama yang lain.

Grace mengepalkan tangannya geram melihat mereka. Ini sudah hari kelima sejak terbongkarnya identitas aslinya dan semua murid di sekolah selalu membulinya dan mengatainya dengan berbagai macam cacian.

Di koridor lantai bawah, mata Grace lurus menatap Althair yang lewat bersama teman-temannya. Althair sempat berhenti sebentar dan menatap Grace dengan tatapan dingin dan wajah datarnya, setelah itu Althair pergi, kembali melanjutkan langkahnya.

"Sial," desis Grace kembali mendongak ke arah Mona dan Agnes yang masih menertawainya. Lihat saja, Grace akan bertindak sekarang. Dia akan membuat perhitungan yang setimpal pada kedua mantan sahabatnya itu.

* * * *

Althair duduk melamun di rooftop, sendirian sembari melihat langit cerah berawan siang ini. Cuaca yang bagus tapi tidak dengan hati dan keadaannya. Althair masih uring-uringan dan belum bisa tenang jika Queen belum di temukan. Sudah lewat beberapa hari dari kecelakaan Queen, sampai detik ini pun polisi dan Tim SAR masih belum menemukan tanda-tanda keberadaannya.

Lihat Althair sekarang, dia sungguh berantakan. Makan tidak teratur, sering begadang, bahkan dia sampai sakit beberapa waktu lalu karena terus memikirkan Queen dan berusaha mencari keberadaan gadisnya itu.

Helaan napas berat Althair keluarkan entah untuk keberapa kalinya. Tidak tahu lagi harus bagaimana mencari Queen.

"Kamu dimana, Queen? Aku mohon kembali lah, sayang. Aku rindu kamu," lirih Althair melihat fotonya bersama Queen di ponselnya. Sesak itu kembali hadir mengikatnya kuat. Althair sungguh mencintai Queen. Althair tidak ingin berpisah lagi dari Queen.

Kalau nanti Queen ditemukan dalam keadaan sudah tidak bernyawa, apakah Althair bisa merelakannya dan mengikhlaskan gadisnya untuk pergi selamanya?

"Aku minta maaf, sayang. Aku salah. Harusnya aku nepatin janji aku sama kamu. Harusnya aku nggak ngikutin perkataan orang itu." Air mata Althair kembali jatuh dengan sesak di dadanya yang penuh penyesalan.

Ya, harusnya dia tidak mengikuti perkataan sosok misterius yang mengirimkannya pesan agar menjauh dari Queen, nyatanya sosok itu sendiri yang mencelakai Queen.

Althair bangkit dan turun dari rooftop. Ia mencari kontak sosok misterius itu untuk mengajaknya bertemu. Althair harus menyelesaikan semua ini. Ia akan balas dendam pada sosok itu.

Langkah Althair seketika berhenti tepat di depan kelas 12 Bahasa 3. Althair mendekat dan melihat kelas yang terlihat sepi. Panggilannya terputus karena tidak di jawab, bertepatan dengan suara nada dering yang juga berhenti.

Althair mengerutkan kening dan kembali mendial nomor yang sama. Lagi, terdengar suara nada dering dari kelas itu. Perasaan Althair mulai tidak menentu saat ini. Lantas dia berjalan masuk dan mencari dimana sumber suara itu.

Althair berjalan dari satu barisan meja ke barisan meja yang lain. Sampai langkahnya berhenti tepat di samping sebuah meja dengan tas ransel berwarna biru di atasnya. Suara itu jelas dari sana.

ALTHAIR [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang