Part.12 || Makna Yang Tersirat

28.1K 2.3K 4
                                    

"Ini neng cantik minumnya."

"Terima kasih." Queen tersenyum kikuk pada wanita paruh baya yang ia ketahui adalah Emak—pemilik warung sederhana yang dijadikan tempat tongkrongan oleh anak-anak Grixen.

"Sebentar, ya, Emak beli obat merah dulu di warung depan buat luka neng cantik."

"Nggak usah, Mak. Saya nggak apa-apa kok," tolak Queen halus. Tidak ingin merepotkan.

"Nggak bisa gitu, atuh. Nanti lukanya bisa infeksi kalau tidak segera diobatin. Sebentar, nyak." Emak pergi keluar untuk membeli obat merah dan tepat berpapasan dengan Azam yang hendak masuk.

"Mau kemana, Mak?" tanya Azam.

"Mau beli obat merah untuk neng cantik."

"Jangan lupa rokok, ya, Mak, satu." Azam nyengir menunjukkan jari telunjuknya.

"Kamu ini. Ya sudah, Emak titip neng cantik. Jagain nyak?"

Azam langsung berseru dengan tangan bersikap hormat. "Siap, Mak! Laksanakan!"

Azam kembali masuk ke warung dan duduk di kursi plastik berhadapan dengan Queen.

"Minum Queen, mumpung masih hangat," kata Azam.

Queen menyeruput teh hangat buatan Emak. "Akh!" Queen meringis merasakan ujung bibirnya yang nyeri.

"Ente nggak apa-apa, Queen?" tanya Azam panik.

"Lo pikir gue baik-baik aja setelah kejadian tadi?" tajam Queen membuat Azam ciut melihat tatapan Queen yang mematikan. Tak ubahnya seperti Althair kalau sudah marah.

"Queen, ente—" ucapan Azam dipotong tiba-tiba oleh Queen.

"Kalau lo mau nanya kenapa gue bisa disekap sama mereka. Sorry, gue nggak mau bahas itu dulu."

"Oke," Azam mengangguk paham. Mungkin Queen masih shock dengan kejadian yang barusan menimpa dirinya. Azam maklum.

Tak lama Emak datang dengan kantong plastik berisi obat merah dan kapas, serta sebuah rokok pesanan Azam.

"Neng cantik, Emak obatin nyak lukanya," ujar Emak duduk disebelah Queen.

"Nggak usah, Mak. Saya bisa sendiri."

"Nggak apa-apa atuh." Emak mengeluarkan obat merah dan kapas yang barusan dia beli lalu mengangkat kedua kaki Queen yang terdapat luka.

"Aww!" Queen meringis merasakan sakit dipergelangan kakinya yang terdapat lebam keunguan.

"Ini teh keseleo neng cantik," ujar Emak melihat pergelangan kaki Queen. "Emak pijitin, nyak. Kalau tidak nanti tambah parah ini teh."

Queen menggigit bibir bawahnya dan mengangguk pelan. Walaupun sakit ia harus bisa menahannya. Ini juga demi kesembuhannya.

Suara deru motor bersahut-sahutan mendekat dan berhenti didepan warung Emak. Queen menoleh melihat semua anggota Grixen sudah acak-acakan dengan baju kotor dan wajah lebam.

Althair turun dari motornya, berjalan masuk kedalam warung diikuti teman-temannya.

"Gimana?" tanya Azam mendekat, melihat anak-anak Grixen yang benar-benar sudah berantakan. Ini memang sering terjadi, sudah tidak masalah lagi bagi mereka.

"Biasa. Mereka kalah!" jawab Haikal duduk di salah satu kursi. Sedikit meringis saat menyentuh luka disudut bibirnya.

"Lagak aja yang besar, dijabanin malah kalang kabut," sahut Lugas mengambil minuman dari dalam kulkas. Membasahi kerongkongannya yang terasa kering.

ALTHAIR [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang