Part.40 || The Kiss

24.9K 1.6K 42
                                        

Queen masuk ke toilet yang untungnya sepi, tidak ada orang. Queen menghela napas kemudian mengambil salep dari saku roknya dan memakaikannya pada lehernya yang terdapat lebam lewat bantuan cermin di wastafel. Jujur ia sedikit susah memakaikannya.

Tiba-tiba seseorang mengambil salep di tangannya begitu saja. Refleks Queen menoleh dan membulatkan mata melihat Althair yang sudah berdiri di sampingnya.

"Ngapain lo? Ini toilet cewek!" ujar Queen tidak percaya. Cowok ini urat malunya sudah putus atau bagaimana sih? Beraninya dia masuk ke toilet cewek begitu saja. "Keluar Althair!"

Althair tidak mempedulikan. Cowok itu memegang tangan Queen yang sejak tadi mendorongnya keluar dan menyandarkannya ke dinding.

"Bisa diem? Gue cuma mau bantuin lo make ini," ujar Althair. "Lagian nggak akan ada yang masuk. Pintunya udah gue kunci."

Queen semakin memelototkan matanya. Yang benar saja. Hanya mereka berdua di toilet? Oh No! Big No!

"Gue mau pergi."

"Mau kemana?" Althair kembali mencekal lengan Queen dan mengurungnya dengan kedua tangannya di sisi samping tubuh gadis itu. "Bisa lo nggak keras kepala? Gue nggak akan macam-macam sama lo kalau lo nurut sama gue. Paham?"

Queen diam menatap Althair yang terlihat kesal. Melihat gadis itu yang sudah tidak lagi melawan, Althair langsung mengobati leher Queen dengan salep.

"Luka ini karena apa?" tanya Althair tanpa beralih dari luka Queen. Luka yang ia lihat semalam masih berbekas di leher mulus gadis ini.

"Nggak usah kepo," ketus Queen memalingkan wajahnya.

Althair melirik Queen sekilas lalu menghela napas pelan. Cowok itu mendekatkan wajahnya pada leher Queen untuk meniupnya namun memberi efek sendiri bagi Queen. Gadis itu membeku di tempatnya saat Althair begitu dekat dengannya. Jantungnya langsung berdegup kencang tak karuan.

Althair menarik dirinya, barulah Queen bisa bernapas lega. Diam-diam gadis itu kembali menormalkan dirinya yang sempat salah tingkah.

"Kenapa lo menjauh dari gue?"

"Siapa yang menjauh?" Queen masih tidak melihat Althair.

"Tadi pagi gue jemput, Mbok Eem bilang lo udah pergi duluan sama Nathan. Saat kita ketemu dan kontak mata, lo langsung berpaling dan pergi gitu aja." Althair mendekatkan wajahnya pada Queen. "Apa itu namanya bukan menjauh?"

Queen masih diam tanpa menoleh. Tidak berniat menjawab.

"Kalau gue ngomong itu di tatap." Althair memiringkan wajahnya hingga kini ia dan Queen saling menatap dengan jarak yang sangat dekat. Saking dekatnya orang-orang yang melihat pasti akan menganggap saat ini mereka tengah berciuman.

Detak jantung Queen semakin berdebar kencang melihat betapa dekatnya ia dengan Althair saat ini. Sedikit lagi maka hidung mereka akan saling bersentuhan.

"Gue paling nggak suka di acuhkan, apalagi sama lo, Queenzhinia," ucap Althair dengan suara beratnya yang seketika membuat Queen merinding hebat.

"Lebih baik lupain gue, Al. Jangan deketin gue lagi," lirih Queen menatap manik mata tegas itu.

"Kenapa gue harus melakukan itu?"

"Karena itu yang terbaik—"

"Itu menyakitkan buat gue," sahut Althair cepat. Ia raih tangan Queen dan meletakkannya di dadanya. "Lo bisa rasain, kan, jantung gue berdetak lebih cepat saat sama lo? Bertahun-tahun gue selalu berharap agar kita ketemu lagi. Dan di saat harapan gue terkabul, kenapa lo harus minta gue buat menjauh? Gue nggak sanggup, Queen. Gue nggak mau lagi jauh dari lo."

ALTHAIR [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang