Part.42 || Kepergian Aghaz

17.4K 1.4K 37
                                    

Queen langsung keluar dari mobil Althair setelah mereka sampai di rumah sakit tempat Aghaz di rawat. Queen langsung berlari masuk tanpa peduli dengan orang-orang yang ia tabrak dengan sengaja maupun tanpa sengaja. Yang ada dipikirannya saat ini hanyalah Aghaz, Aghaz dan Aghaz.

Bagaimana kondisi adiknya? Apakah semakin parah? Queen berdoa adiknya tidak baik-baik saja meski saat ini jantungnya bergemuruh tidak menentu seperti sebuah tanda yang membuatnya begitu takut.

Althair yang mengejar Queen dari belakang hanya bisa mengikuti. Wajahnya masih terlihat tenang, sangat berbeda dengan Queen yang terlihat khawatir dan panik.

Queen langsung membuka pintu UGD dan masuk diikuti Althair dibelakangnya. Raut wajah Queen seketika berubah saat melihat bahwa di dalam ruangan itu bukan hanya ada Dokter dan Suster yang merawat Aghaz, melainkan ada dua orang tamu yang tidak pernah Queen bayangkan sebelumnya akan kembali.

"Queen," lirih pria paruh baya itu menatap Queen. Seketika wajah Queen langsung berubah dingin dengan tatapan benci.

Althair langsung melirik Queen. Ia dapat merasakan bahwa saat ini gadisnya tidak dalam keadaan baik-baik saja. Jujur ia juga terkejut melihat pria itu ada di sini.

Pria itu berjalan mendekati Queen dengan tatapan lurus pada anak gadisnya. "Queen, Papa—"

"Ngapain anda di sini?" ucap Queen dingin menatap lawan bicaranya tajam. Kedua tangannya mengepal kuat untuk menahan emosi dalam dirinya yang saat ini terombang-ambing antara marah, sedih, kecewa. Semuanya berpadu menjadi satu dalam dadanya yang semakin sesak.

"Lebih baik anda pergi. Kami tidak butuh manusia yang tidak bertanggung jawab seperti anda," tajam Queen membuat semua orang di dalam ruangan itu terdiam dan terkejut mendengar kata-kata pedas Queen untuk Haris—Papa kandungnya sendiri.

"Queen, Papa di sini untuk melihat kondisi Aghaz, Nak."

Queen berdecih, semakin menatap Haris tanpa takut. "Setelah semua yang terjadi, anda baru muncul sekarang? Selama ini anda kemana saja? Sibuk ngurusin keluarga baru?" Sengaja Queen melirik tajam pada wanita berwajah bule yang berdiri di dekat Haris dengan kepala menunduk.

"Queen, bukan begitu, Nak. Dengerin Papa dulu—"

"Saya nggak mau dengar apapun! Sekarang anda pergi. PERGI!!" bentak Queen sudah kehabisan kesabaran.

"Queen, dengerin Papa kamu dulu."

"Anda tidak perlu ikut campur!" Queen dengan berani menunjuk Raisa dengan tangan kiri. Ia sudah tidak peduli dengan sopan santun lagi ketika melihat kedua manusia ini yang sudah benar-benar menghancurkan keluarganya. Apalagi Raisa, amarah Queen semakin meledak melihat wanita itu seolah tanpa merasa bersalah dalam dirinya sudah merusak rumah tangga orang lain.

"Semua ini terjadi juga karena anda yang sudah masuk dalam keluarga saya!! Apa sekarang anda puas?! Puas melihat keluarga saya hancur berantakan?!" Intonasi suara Queen meninggi.

"Queen, tenang," bujuk Althair langsung mengusap pundak Queen, menenangkan gadisnya yang mulai melepaskan emosinya. "Ingat, ini di rumah sakit."

Queen masih menatap dua orang itu marah dengan dada yang naik turun karena emosi yang mengambil alih pikirannya.

"Kakak?" panggilan tersebut mengalihkan atensi Queen. Gadis itu menoleh pada sang adik yang terbaring di atas brankar dengan banyak selang di tubuhnya, menopangnya untuk tetap bertahan.

Queen tidak mempedulikan Haris. Ia berjalan ke arah brankar dan mengelus lembut kepala sang adik dengan sayang. "Kakak disini, sayang. Kamu cepat sembuh, ya. Biar kita bisa main bareng lagi."

ALTHAIR [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang