Part.55 || Alasan Althair

14.8K 1.1K 34
                                    

"Cafe Queen kebakaran? Kok bisa?" ujar Asia terkejut saat melihat berita di TV yang baru disiarkan pagi ini. Bukan dia sendiri, melainkan ada Sevanya, Athala dan Acha juga.

Seperti biasanya setiap malam minggu mereka akan mengadakan acara menginap. Dan yang terpilih hari ini adalah rumah Sevanya. Biasanya mereka berlima, namun kali ini hanya mereka berempat. Maka di sinilah mereka, duduk di kasur Sevanya sambil menonton sebuah berita di TV yang terdapat di kamar tersebut. Niat hati Asia ingin menonton Detektif Conan di pagi minggu ini malah tergantikan sama acara berita.

"Serius itu cafe, Queen?" tanya Athala mendekatkan duduknya pada Asia.

"Beneran! Noh ada namanya, StarLight. Itu, kan, nama cafe Queen," ujar Asia.

"Ya ampun, kasihan banget Uinnya Acha. Pasti Uin sedih banget. Apalagi cafe itu adalah peninggalan Almarhumah Mama Shena," ujar Acha sedih membayangkan nasib sahabatnya saat ini.

"Ngapain kasihan. Itu namanya karma. Dia dulu, kan, tukang buli sampai membuat orang meninggal. Jadi nggak usah sedih. Apaan sih," ujar Sevanya jengkel melihat respon ketiga temannya yang berlebihan pada Queen.

"Lo kok ngomong kasar gini sih?" tanya Asia mulai jengah dengan sikap Sevanya yang selalu menyudutkan Queen dan mencari-cari setiap kesalahan Queen. "Ingat! Dia juga pernah jadi temen lo! Bahkan sahabat!"

"Iya! Sebelum semuanya terungkap kalau dia itu pembunuh!"

"DIAAAMM!!" Sevanya, Athala, dan Asia terdiam dan menoleh pada Acha dengan kaget. Gadis childish itu baru saja berteriak dengan suaranya yang nyaring. Hal yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya.

Acha menatap Sevanya tajam dan dingin. Membuat gadis yang di tatap saat ini lantas terkejut karena baru kali ini Acha menatapnya seperti itu. Wajah Acha sudah memerah menahan emosi dengan kedua tangan terkepal kuat. Gadis itu kemudian berdiri dari duduknya.

"Acha nggak tau salah Uin sama Vanya apa! Tapi apa pantas Vanya melakukan hal ini pada Uin? Uin emang kasar dan temperamen! Tapi itu sifat Uin! Kita nggak bisa mengubahnya seperti yang kita inginkan! Karena setiap orang itu berbeda, Vanya!" ujar Acha mengeluarkan semua unek-uneknya pada Sevanya. Acha tidak tahan lagi. Dia kasihan sama Queen namun Sevanya seperti tidak mempunyai hati membiarkan Queen menderita begitu saja seorang diri.

Acha ingin mereka kembali seperti dulu lagi. Bercanda dan tertawa bersama, merasakan susah senang bersama, dan membuktikan kalau persahabatan mereka itu lebih kuat dari apapun.

"Ingat, Vanya! Selama ini Uin selalu baik sama kita! Uin selalu menjadi orang pertama yang bantuin kita di saat kita susah dan sedih. Walaupun Uin tidak memperlihatkannya secara langsung, namun itulah Uin. Dia dengan caranya sendiri menyayangi kita sebagai sahabatnya!"

"Seharusnya Vanya mikir bagaimana perasaan Uin saat kita ninggalin dia! Saat Uin membutuhkan kita, kita berempat di mana? Kita nggak ada untuk Uin! Kita malah sibuk dengan aktivitas masing-masing dan menganggap urusan Uin bukan urusan kita! Padahal selama ini Uin selalu menjadi tempat untuk kita mengadu semua masalah yang kita hadapi! Dengan ikhlas dan tulus Uin membantu kita! Tapi ini balasan kita padanya?"

Asia dan Athala terdiam. Membenarkan semua perkataan Acha yang benar-benar menyadarkan mereka. Mereka benar-benar egois. Hanya mementingkan diri sendiri. Bahkan saat orang-orang menjauhi Queen dan membuli Queen, mereka juga ikut-ikutan. Membiarkan Queen dengan masalahnya sendiri yang semakin beruntun menghantam gadis itu tanpa henti.

"Acha bener-bener nggak tahan lagi. Acha nggak bisa kayak gini lagi sama Uin. Acha akan kembali pada Uin dan membuktikan kalau Acha tulus berteman sama Uin. Terserah kalau Vanya, Asia, dan Athala nggak mau berteman lagi sama Uin. Yang jelas Acha udah capek dengan sikap kalian seperti ini!" Acha mengambil tasnya lalu pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi. Tidak mendengarkan Asia yang berteriak memanggilnya.

ALTHAIR [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang