Part.22 || Firasat

22.7K 1.8K 2
                                    

"BANG ALVAR BALIKIIIIN!!"

"Coba aja ambil!" Alvar berlari menjauh dari Abylla yang mengejarnya. Tak lupa bocah SMP itu menjulurkan lidahnya mengejek adiknya sendiri.

Gadis manis itu tidak tinggal diam. Dengan cepat dia mengejar kakak ketiganya itu. Mengambil kembali bonekanya yang dia dapatkan dari Tantenya yang baru pulang dari Korea sebagai oleh-oleh. Karena Tantenya tahu bahwa Abylla sangat menyukai salah satu Boyband dari negeri ginseng tersebut yaitu BTS.

Alvar menuruni tangga dari lantai dua. Masih menghindar saat Abylla hendak mengambil bonekanya kembali.

"BANG ALVAR BALIKIN BONEKA AKUU!!" seru Abylla sangat-sangat kesal pada Alvar.

"Coba ambil nih!"

Abylla menghentakkan kakinya dengan emosi yang membumbung. Dia terus mengejar Alvar. Awas saja kalau dapat, Abylla akan unyeng-unyeng kakak ketiganya itu!

"Woy berisik! Nggak lihat nih lagi konsentrasi!" ujar Alister melirik kedua adiknya itu yang main kejar-kejaran di rumah. Sangat berisik. Padahal sedikit lagi maka dia akan mengalahkan Albert dalam permainan catur.

"Eehhh, ini ada apa sih ribut-ribut?" Vania datang dari dapur dengan membawa sepiring kue yang barusan dia buat dan meletakkannya di meja ruang tengah.

"Bang Alvar ngambil boneka aku, Ma! Padahal masih baru!" Abylla mengadu pada Vania.

"Alvar, kasih bonekanya. Mau main boneka juga kamu?"

Alvar langsung menggeleng cepat. "Nggak lah, Ma! Nggak sudi aku main yang beginian. Iiihhh!"

"Kalau nggak sudi sini bonekanya!"

"Ambil kalau bisa. Wleee!" Alvar menjulurkan lidahnya dan kembali berlari menjauh.

"BANG ALVAAAAAR!!!"

Brukk!

Abylla sontak tertawa melihat Alvar menabrak Althair yang berjalan hendak ke ruang tengah. Rambut cowok itu masih terlihat basah menandakan bahwa Althair baru selesai mandi. Althair yang saat ini memakai celana jeans selutut dan baju kaos hitam polos menatap Alvar yang meringis.

Apa adiknya itu tidak melihatnya? Sampai-sampai ia ditabrak begitu saja.

"Hahaha! Makanya jangan jahil jadi orang! Kualat, kan!" Abylla mengambil bonekanya lalu pergi setelah menabok Alvar dengan bonekanya.

"Ngapain berdiri disitu sih?" kesal Alvar menatap Althair kesal.

"Salah gue? Lo sendiri yang nabrak gitu aja," kata Althair berlalu dan duduk di sofa ruang tengah seraya mengeringkan rambutnya dengan handuk.

Abylla sudah berbaring di sofa dengan kepalanya dipangkuan Vania ditambah sapuan lembut di kepala. Keduanya sedang asik menonton acara memasak di televisi.

Alvar ikut duduk di sofa, memberi jarak dengan Abylla yang menatapnya garang. Alvar mengeluarkan ponselnya dan memilih fokus pada game-nya saja.

"Yes! Aku menang!!"

Sorakan Alister membuat Vani, Althair, Abylla, dan Alvar menoleh. Melihat Albert mengusap wajahnya dan Alister yang berseru heboh.

"Udah aku bilang, Papa nggak akan bisa ngalahin aku," ujar Alister membanggakan dirinya.

"Baiklah. Satu permainan lagi. Papa yakin kali ini Papa akan menang!" ujar Albert.

"Oke, siapa takut?"

Kembali anak dan ayah tersebut memulai permainan mereka.

"Yang kalah janji, ya, harus traktir makan di luar!" ujar Vania iseng tertawa pelan.

ALTHAIR [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang